Siapa bilang kehidupan pernikahan melulu berisi hal yang indah-indah saja? Ya mungkin, dalam 3 bulan pertama, bisa jadi pengalamannya indah-indah semua. Pan masih baru. Tapi, selewat itu, kerikil-kerikil kecil mulai bikin jalanan nggak mulus. Batu-batu besar sesekali menghalangi jalan. Angin semakin kencang. Bahkan badai sesekali bisa juga datang.
Yah, begitu juga yang saya rasain selama 2 tahun lebih membina rumah tangga *cieehh bahasa gue. Adakalanya saya sama suami seneng-seneng, romantis-romantisan, tapi nggak jarang juga sebel-sebelan, marah-marahan, berselisih paham. Dan kemarin adalah salah satunya.
Yah, dari tipe orangnya juga udah keliatan kalau saya sama suami itu beda. Saya orangnya perhatian, romantis *hueks* dan haus perhatian, juga menuntut sedikit keromantisan juga. Tapi suami, orangnya cuek, humoris, nggak romantis, dan menuju workaholic (ini random banget sih sifat-sifatnya). Intinya tuh, kalau dalam keseharian saya pengennya diperhatiin, eh tapi suami sibuk sama kerjaan. Udah merhatiin, eh malah dicuekin. Sebenernya ngerti siiih, paham siih, tapi kalau lagi sensitif yaa, udahlah. Ngambek. Itu yang terjadi hari kemarin. Saya ngambek. Dikit :p
Tapi tumben loh, suami sore menjelang pulang chat-chat gitu, padahal biasanya saya yang chat duluan. Pake bilang nanti di rumah mau cerita. Hmm...mulai penasaran.
Singkat cerita, malamnya menjelang tidur kami ngobrol-ngobrol. Ternyata, temennya suami ada yang lagi kena masalah. Isterinya minta cerai. Saya kaget juga. Secara saya tau orangnya, pernah ketemu. Dia juga sering pulang bareng suami karena rumah kami jalannya searah dari pusat Jakarta (dia di Depok, kami di Cibubur. Ya jauh juga si :p). Jadi sering nemenin perjalanan pulang suami.
Ujung pangkal masalahnya sebenarnya dari komunikasi. Ya, komunikasi antara suami-isteri yang kurang bagus, dan akhirnya merembet kemana-mana. Bahkan sudah melibatkan pihak keluarga masing-masing.
"Kasian dia, tadi tuh males pulang karena udah ditungguin isterinya di rumah. Mau ngomongin soal yang itu,"
"Dia nangis nggak Yah?"
"Nggak si. Cuma ngomongnya terbata-bata, sambil berkaca-kaca. Kasian..."
"Ayah langsung inget Raihan"
Kebetulan temennya ini punya anak bayi, lebih kecil dibandingkan Raihan.
"Bunda nanti jangan pernah kayak gitu ya?"
"Ya nggak lah..."
"Nanti kita bertiga terus selamanya yaaa.."
Dia merengkuh saya dan Raihan yang sudah pulas (aslinya saya suka sebel kalau dia peluk-peluk atau cium-cium Raihan yang udah lagi tidur. Tapi ini pengecualian). Tiba-tiba saya jadi mellow. Kalau liat anak, rasanya apapun bisa dihadapi. Apapun. Hiks..
Dan semalam, dia memeluk kami lebih erat dari biasanya
Gambar diambil dari sini
Semoga selamanya bersama, hingga di Surga. Aamiin :)
BalasHapusAsmiinn...aamiinn... :)
HapusAaaaamin...^^
BalasHapusMakasih Teh Ayuu
Hapusmoga2 langgeng dan rukun selamanya yaaa :)
BalasHapusTengkyu Ko Arman :))
HapusLoh yakin cuma bertiga? Ga berempat ato berlima? :D
BalasHapusHahaha
HapusNggak diceritain ya seterusnya aku bilang apa
Aku bilang: "Kita nanti berlima Yah"
:DD
so sweeettt... semoga rukun selalu ya..
BalasHapusAamiin
HapusMakasih emak Dzaky :))