Rabu, 19 Desember 2012

Desember itu....

Bulan yang berat. Membuat saya harus menarik nafas panjaaang dan terus-menerus berkata dalam hati: Ikhlas.. ikhlas... Okey, lebay deh gue! Tapi ini beneran. Desember itu, bulan dimana saya terpaksa harus sehari ijin, beberapa hari cuti, dan beberapa kali telat. Amazing, huh? Mengingat tahun kemarin persentase keterlambatan saya 0%, sering telat di bulan--yang bahkan belum akan habis--ini tuh sessuatuuu. Cetaarr membahana badaii halilintaarr kalo kata Mpok Syahrini :D

Sebagai seseorang yang menjunjung tinggi displin waktu, saya benci diri saya sendiri. Kalau kayak gini, harus introspeksi dan sadar diri. Harus bangun lebih pagi, siap-siap lebih pagi. Intinya tuh manajemen waktu. Inget An, manajemen waktunya harus dibenerin.

Okay, ini emang postingan nggak penting bin nggak jelas. Cuma mau ngeluarin uneg-uneg aja biar ploong. Maaf buat yang udah baca yaaa...Qiqiqiqi :p

Selasa, 11 Desember 2012

Raihan, Angry Baby Angry Kid

Suatu sore, Baby Bolo-bolo Raihan sedang asik bermain di kamar depan




Tak lama kemudian, karena sudah capek, Baby Bolo-bolo pun merajuk. Ngantuk. Oleh Bunda, Baby Bolo-bolo digendong ke kamar belakang. Rencananya mau dikelonin. Tapiii.... sebelumnya difoto-foto dulu sama Bunda. Kebetulan Bunda inget ada Kontes Foto Angry Baby, Angry Kid. Hihihihiii... Karena udah ngantuk, Baby Bolo-bolo pun marah



Sampe tereak-tereak memperlihatkan giginya yang baru empat (sekarang mau lima)


Baiklaah, karena Baby Bolo-bolo sudah semakin kesal, Bunda pun menghentikan sesi foto-foto. Tak lama kemudian, setelah dikelonin, Baby Bolo-bolo tertidur pulas. Sementara Bunda senang, karena berhasil mendapatkan foto yang diinginkan *Bunda macam apa ini??! Plaks!


Semoga kekesalan Baby Bolo-bolo membuahkan hasil, dan Bunda bisa dapet buku ini ya Nak :))



Foto ini diikutsertakan dalam kontes Angry Baby, Angry Kid. Siapa yang mau ikut? Tinggal sehari lagi lhooo. Makanya buruan ;)

Senin, 10 Desember 2012

5 cm (sebuah resensi)


 
“…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan…sehabis itu yang kamu perlu…cuma…”
“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas”
“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja...”
”Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya...”
”Serta mulut yang akan selalu berdoa...”

 [p.362]

Siapapun tau kutipan di atas berasal dari buku 5 cm, karya Donny Dhirgantoro. Buku ini sudah menarik mata saya sejak saya sering main ke Gramedia pada masa kuliah dulu, sekitar 4-5 tahun yang lalu. Covernya yang unik, hitam pekat minim aksesoris dan hanya bertuliskan 5 cm membuat mata saya tak henti melirik rak berisi novel ini. Tapi entahlah, ketertarikan itu justru membuat saya tak kuasa membawanya ke keranjang belanja. Hehehee… Sampai beberapa waktu lalu, saat saya ingin menumbuhkan minat baca saya yang krisis parah, iseng-iseng saya jalan di sekitaran terminal Senen, siapa tau saya bisa membawa pulang beberapa buku murah.  Awalnya pun sebenarnya saya tidak hendak mengambil 5 cm, tapi buku lain yang entah apa. Tapi begitu melihat 5 cm, saya segera tukarkan buku yang saya pegang dengannya, cuma karena merasa lebih familiar dengan  si 5 cm saja :p

Baiklah, cukup untuk prolognya.

Buku ini menceritakan persahabatan 5 orang anak muda. Arial, Riani, Zafran, Ian, Genta. Kelima anak muda ini sudah berteman sejak jaman SMA. Pertemanan yang benar-benar akrab dan intens. Pertemanan yang membuat mereka saling memahami satu sama lain. Pertemanan yang membuat mereka selalu melakukan semua hal bersama-sama. Hingga pada suatu hari, mereka sadar bahwa mereka harus mencoba keluar dari gua mereka, dan mencoba menjalani dunia luar. Masing-masing. Seorang diri.

Akhirnya diputuskan bahwa mereka akan berpisah sementara. Menjalani hidup tanpa teman-teman yang selalu membersamai mereka. No phone call, no sms, no email. Benar-benar hidup sendiri tanpa berhubungan satu sama lain selama 3 bulan. Setelah itu? Genta berjanji akan menghubungi mereka di akhir waktu 3 bulan untuk melaksanakan sebuah rencana.

Akhir waktu yang dijanjikan itu pun tiba. Arial, Riani, Zafran, dan Ian dihubungi oleh Genta yang mengajak mereka untuk meluangkan waktunya selama beberapa hari. Genta yang punya rencana bilang kalau mereka akan bertemu di stasiun Senen. Tak lupa seabrek perlengkapan dia sebutkan agar dibawa teman-temannya. Hari yang ditunggu pun tiba. Kelima sahabat yang telah berpisah selama 3 bulan lamanya ini pun bertemu perdana di stasiun. Dan ternyata Genta punya rencana besar. Sebuah perjalanan besar yang akan mengubah hidup mereka pun dimulai. Ya. Genta akan mengajak teman-temannya naik gunung. Mereka akan mendaki MAHAMERU, puncak tertinggi di tanah Jawa.

Mulai dari sini saya tidak akan bercerita bagaimana serunya perjalanan mereka. Naik kereta ekonomi Matarmaja (Malang-Blitar-Madiun-Jakarta), melewati daerah persawahan, hutan-hutan jati, stasiun-stasiun di sepanjang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ish, sungguh membuat saya rindu ingin pulang kampung. Mari kita simak beberapa penggambaran di sela perjalanan naik kereta mereka:

Di hari yang hampir malam itu langit membiru hitam, bulan terlalu cepat muncul. Di hamparan sawah yang mulai menghitam, Zafran melihat surau kecil, beberapa orang memakai sarung, peci, dan kemeja putih berjalan di antara pematang remang-remang menuju surau kecil itu. Lampu surau itu memberi cahaya seadanya, membuat surau terlihat bersinar sendirian di antara hamparan sawah yang mulai menggelap. Suara adzan maghrib pun terdengar sayup-sayup di telinga Zafran--
[p. 163] 

atau yang satu ini:

Di antara kabut pagi pedesaan yang masih enggan menarik selimut putihnya dari alam pagi, di antara para petani dan kerbaunya yang sedang berjalan pelan di pematang sawah berkabut pagi, ibu dengan caping lebar menaiki sepeda ontanya. Di jalan desa yang masih lengang, pabrik gula tua peninggalan Belanda dengan bangunannya yang bergaya Eropa dan tembok tua bertuliskan 1899, lori-lori kecil pengangkut tebu, pohon-pohon besar di jalan desa yang masih diselimuti kabut, kebun tebu yang seperti tembok hidup.
[p.178]

Sukses membuat saya ingin pulang kampung naik kereta T.T

Perjalanan yang tak kalah serunya tentu saja saat mendaki ke MAHAMERU. Saya seperti bisa melihat keindahan Ranu Pane dan Ranu Kumbolo, curamnya tanjakan cinta, mistisnya Kalimati, dan dinginnya Arcopodo. Sempat juga saya menitikkan air mata saat kelima sahabat berjuang mendaki bukit pasir, sesaat sebelum sampai di puncak MAHAMERU.

Awal saya membaca novel ini, jujur saya merasa terganggu dengan penggalan lirik-lirik lagu yang bertebaran di tiap halaman. Penulis novel ini, Donny Dhirgantoro agaknya merupakan seorang pecinta musik sejati, sehingga banyak lirik lagu yang dia selipkan di sini. Dia juga mengerti banyak ilmu filsafat—terlihat dari tokoh Zafran. Pengetahuannya jelas sangat luas, bisa dilihat dari dialog-dialog antartokoh tentang kehidupan. Selain dipenuhi oleh lirik lagu, novel ini juga dipenuhi oleh quotation dari orang-orang ternama. Salah satu yang menarik adalah ini:

Sebuah negara tidak pernah kekurangan seorang pemimpin apabila anak mudanya sering bertualang di hutan, gunung, dan lautan 
[Sir Henry Dunant, p.234]

Setelah bergulat dengan setengah bagian pertama novel yang sedikit membosankan, setengah sisanya membuat saya nyaris tak bisa melepaskannya. Penggambaran perjalanan kelima anak muda ini, WOW. Membuat saya juga ingin mendaki sendiri MAHAMERU dan melihat semua keajaibannya di depan mata.

Sayangnya, menurut saya, ending novel ini terlalu sempurna. Kurang greget. Dan too good to be true. Tetapi tenang saja, tidak mengganggu keseluruhan jalan cerita sebelumnya.

Novel ini mengajarkan kepada saya banyak nilai-nilai kehidupan. Tentang cinta dan persahabatan. Tentang mimpi dan cita-cita. Tentang alam dan lingkungan. Juga tentang cinta tanah air. Tentang betapa indah dan menakjubkannya Indonesia, bahwa masih ada orang-orang yang mencintai, bangga, dan menjaga tanah ibu, meski carut-marutnya bangsa ini.

Pada akhirnya saya memberikan 4 jempol untuk novel ini. And I cant wait to watch the movie! I have to watch the movie!


Judul : 5 cm
Penulis : Donny Dhirgantono
Penerbit : PT. Grasindo
Cetakan pertama : Mei 2005
Tebal : 381 halaman


Jumat, 07 Desember 2012

It's Done!

Pernah nggak sih kalian berdebar-debar menunggu suatu moment--entah berdebar bahagia, berdebar tak siap, berdebar takut, dan berdebar-debar lainnya--lalu setelah kalian melewati moment itu, yang terpikir di kepala adalah: "fiuuhhhh...akhirnya lewat juga. Ternyata aku bisa juga. Ternyata nggak semenakutkan yang dibayangkaan.." daaan seterusnya.

Kalau saya sih, SERING.
Yang kemarin ini dialami adalah, akhirnya saya berhasil juga melewati ujian DIV dengan membawa Raihan ke kampus. Jadi udah tau cerita tentang ART yang mudik di sini kan? Jujur di awal-awal minggu ini rasanya saya kurang ikhlas perihal ART mudik. Bukan karena mudiknya. Tapiii, kok sekarang sih mudiknya? Pas banget pas mau ujian DIV. Mana belum belajar lagi? *plaks!

Setelah dipikir-pikir bagaimana cara ngakalinnya--saya berangkat ujian, sementara Raihan juga aman ada yang menjaga--akhirnya diputuskanlah bahwa saya dan suami akan membawa Raihan ikut ujian. Ya, dalam kondisi saya harus berangkat pagi-pagi mengingat Cibubur-Bintaro (kampus STAN) itu jauh, nggak ada yang mungkin bisa dititipi Raihan subuh-subuh sebelum berangkat ujian.

Oiya, malam sebelum ujian itu juga kami (saya, suami, dan Raihan) baru sampai rumah malam. Jam 11 malam. What the..... :( Hari Selasa sebelum ujian saya emang bawa Raihan buat dititip di dekat kantor. Lalu pulangnya bareng suami. Sekitar jam setengah delapan malam, suami baru jemput, lalu kamipun pulang ke Cibubur. Unfortunatelly, malam itu hujan rintik-rintik bikin macet. Kami baru sampai di Cikeas jam 10.00 pm. Daaann, kami beli makan malam di tempat yang salah. Kami beli sate dan tukang satenya asli nyebelin banget. Santai banget ngerjain pesenan, trus kalau ada yang nanya masih lama ga?? Dijawabnya selalu sebentar lagi padahal saya tau itu masih lamaaaaaaaaa.... Lha wong saya sampai, 10 menit kemudian pesanan di atas saya persis udah selesai. Eh, nungguin pesenan sendiri yang cuma 2 porsi aja makan waktu hampir sejam. Pengen nangis rasanya. Waktu itu pengen banget bilang ke tukang satenya: Baanng, saya bawa bayi di mobil lagi tidur. Kami baru pulang kerja. Bisa cepetan nggaakk?? Tapi itu cuma tertahan di dalam hati. Huhuhuu... Alhamdulillah, Raihan walaupun sebelumnya sempat merengek2 di dalam mobil, akhirnya dia tidur juga. Lama malah. Baru bangun pas sampai rumah :)

Yak, kami sampai rumah jam 11. Setelah makan, beres-beres sebentar, saya yang rencananya mau belajar buat ujian besok udah nggak kuat lagi. Nyerah. Sayapun menyusul suami dan Raihan ke alam mimpi jam 12an.

Paginya, saya bangun jam 4. Yang mana rencananya mau bangun jam 3 trus mau berangkat ke kampus jam 5. Habis itu saya siap-siapin perlengkapan tempurnya Raihan. Kalau udah ada baby emang bawaannya  harus lengkap ya boookk. Saya siapin buburnya, pagi itu bikin gasol aja yang praktis. Parutin buahnya Raihan buat siang hari, trus masuk-masukin makanannya ke tupperware. Jangan lupa sendok. Tambahin buah juga biskuit siapa tau Raihan pengen ngemil. Siapin botol2nya Raihan. Bawa air panas di termos kecil. Bawa ASIP buat diminum. Sufor kalau ASIPnya kurang. Bawa baju-bajunya Raihan, pampers, selimut, handuk, lengkaaaapp semua di diaper bag. Bawa mainan-mainannya juga.

Sementara suami siapin ruang bermain di mobil. Diakalin biar Raihan bisa tidur-tiduran kalau bosan. Siapin bouncer, gendongan, juga stroller. Beuuhhh kayak mau apa aja. Tapi beneran disiapin selengkap mungkin, soalnya Raihan bakal sama ayahnya doang :D

Habis itu Raihan bangun, nggak pake mandi cuma ganti baju doang, hihihi. Trus saya siap-siap. Rencana berangkat jam lima dari rumah molor setengah jam :p

Belajar????
Rencananya sih mau belajar di mobil. Tapi gimana caranya kalau kita lagi mangku baby? Yang ada direbut apa yang kita pegang sama dia. Alhasil saya cuma baca-baca soal. Paling nggak udah ada gambaran soalnya kayak apa, heheheh....

Kami sampai di kampus jam setengah 7 lebih. Dan pagi itu gerimis. Karena belum sarapan, saya dan suami pun langsung menuju kantin. Kalau di STAN, namanya Plasma: Plasa Mahasiswa. Dan rame doonnngg kayak pas lagi ngampus dulu. Entah itu anak-anak yang mau kuliah, atau mereka-mereka yang juga mau ujian kayak saya. Mmm... sedikit malu dan berdebar-debar sih, soalnya saya doang yang bawa bayi. Berasanya diliatin banyak orang. Saya percaya, yang ikut ujian itu udah banyak juga yang punya anak, tapi anak-anak mereka kan di rumah. Sempet ketemu beberapa teman lama. Hahahihi sebentar. Ini Raihan yaaa?? Ih, kok pada tau sih? Ya iyalah secara saya suka mengumbar perihal anak di internet, qeqeqeqee..

Kelar urusan perut, saya pun pamit ke suami dan Raihan buat ikut ujian. Tak lupa berdoa dalam hati biar Raihan nggak rewel. Tau nggak sih saya sampe parno bakal denger suara tangis Raihan di luar gedung ujian saking takutnya dia nangis kejer gabisa ditenangin ayahnya :p

Tik tuk tik tuk

Akhirnya saya selesai ujian juga. Gimana ujiannya? Jangan tanyakan deh, yang penting sudah terlewati. Hahahahaha... 

Begitu keluar langsung pengen buru-buru ke parkiran. Bareng seorang temen yang pengen ketemu Raihan, saya pun langsung menuju ke mobil. Daaann, dari jauh keliatan Raihan lagi digendong ayahnya. Trus ketawa-ketawa sambil keprok-keprok tangan begitu liat saya. Alhamdulillah legaaa.... Berdasarkan cerita ayahnya si sempet nangis, tapi ga sampe yang gimana-gimana. Alhamdulillah :)

Hari berikutnya, Raihan ga saya bawa lagi karena mamak udah balik ke rumah. Fiuuuhhh...
Sekarang, tinggal menunggu pengumuman deh. Apapun hasilnya, saya percaya bahwa itu yang terbaik. Yang terpenting, saya sudah berhasil melewati ujian kemarin. Bukan cuma ujian pribadi ternyata, karena ada suami dan Raihan juga. Ya, kami bertiga akhirnya berhasil melewatinya juga. Proud of you two, Dear :-*

Selasa, 04 Desember 2012

Bizzi week dan Minta doa

Kilat aja ya ceritanya?
Jadi, kemaren hari minggu pas saya, ayah,  Raihan, sama mamak pengasuhnya Raihan jalan-jalan, tiba-tiba mamak ditelpon anaknya dari kampung: "Mak, aku mau nikah. Cepet pulang!"
Nggak kayak gitu juga si ngomongnya, tapi yang jelas mamak jadi gundah gulana dan langsung meminta izin buat pulang--mungkin besoknya.

Tapi saat itu kami lagi keluar, dan entah gimana saya bilang: Ya udah sore ini aja langsung dianterin ke Kampung Rambutan. Kalau pake pulang ke Cibubur dulu nanti malah kena macet. Posisi saat itu lagi jalan-jalan di kantor ayah (ya, kami hari Minggu jalan-jalannya ke kantor) di Mega Kuningan, jam 4 sore. Setelah sholat Ashar di masjid terdekat dilanjut makan yang tergesa-gesa di warteg karena ayah udah laper banget, kamipun meluncur ke Kampung Rambutan. Jam 5 sore kali yaa.

Ealah, malah ayah lupa kalau mau mampir ke terminal. Mobil kita mbablas keluar di Cibubur. Ya nggak pulang dong tetep. Ayah langsung puter balik masuk tol lagi dan kita ke Kampung Rambutan. Nyampe sana beli tiket trus mamak langsung masuk ke bis yang katanya nunggu 7 orang lagi baru berangkat. Mamak ga bawa apa-apa doang kecuali baju yang melekat di badan, hp, gorengan dari warteg, dan uang saku dari kita. Habis itu, setelah memastikan mamak aman di dalam bis, saya dan ayah pulang. Capek booo jalan-jalan seharian.

Dan yes, hari kita pun dimulai. Itu malam Senin, dan besok kita mau ngantor. Trus Raihan??? Awalnya udah berencana Raihan mau dibawa ikut ngantor. Kebetulan Senin itu saya ada surat tugas konsinyering, jadi nanti bisa dapet kamar hotel. Hotelnya di Ary*d*t* Tugu Tani. Rencananya Raihan saya bawa ke kantor trus siangnya kalo udah bisa check in saya mau ke hotel duluan aja. Jadi Senin malam kita nginep di hotel, trus Selasanya Raihan ikut ngantor lagi.

Tapiiii di tengah jalan pulang Raihan gayanya yang udah lemes banget kecapekan gitu. Kepalanya jatoh-jatoh kayak ga ada tenaga, trus mengerang-ngerang. Bosen kali ya di mobil dari siang. Dan ngeliat itu, saya ga tega dong. Trus, membayangkan besoknya Raihan ikut ngantor, di kantor ga ada kasur, ga bisa leluasa beristirahat, saya luluh juga. Menyerah. Raihan biar di rumah aja besok dan saya ambil cuti. Yep. Akhirnya diputuskan Senin saya cuti.

Alhamdulillah, Senin kemarin terlewati dengan lancar. Saya sama Raihan di rumah aja. Hari ini giliran Raihan yang ikut bundanya ke Jakarta Pusat. Ga ikut ngantor, cuma dititipin ke ibu pengasuhnya yang di Sentiong dulu. Si ibu seneng banget tau Raihan mau dititipin. Malah katanya: "Berapa hari? Sampe hari apa? Dititipin di sini aja selamanya juga gapapa!" -___-

Jadi tadi kami berangkat jam 7 dari rumah trus nyampe Senen jam 9an. Sekarang Raihan udah di Sentiong dan saya di kantor. 

Itu cerita pertama. Cerita keduanya, besok insya Allah saya mau ikut ujian penerimaan DIV STAN. Ujiannya selama dua hari, Rabu-Kamis. Mohon doanya ya teman, semoga saya mendapat hasil yang terbaik. Terbaik untuk saya, terbaik untuk keluarga dan juga kantor.

Jujur saya menaruh harapan banyak di ujian besok, mengingat saya ingin melanjutkan kuliah tanpa mengabaikan kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan pegawai kantor. Kalau dapet DIV, itu artinya saya dapet tugas belajar, nggak usah ngantor, tinggal kuliah aja. Nggak usah kuliah sepulang ngantor, jadi ga perlu sampai rumah malam hari. Nggak usah melalaikan tugas kantor karena kewajiban kuliah, juga sebaliknya. Ah, semoga ya Allah...

Oiya, tak lupa juga berdoa biar diberikan keikhlasan atas apapun hasilnya nanti
Kalau belum lolos, berarti memang belum rejekinya :) Kalau kata teman, nothing to loose. Toh bisa mencoba tahun depan, atau tahun depannya lagi sepanjang belum melewati batas umur
Ah, ya sudah saya mau belajar dulu buat ujian besok ;)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...