Rabu, 30 November 2011

(Ayah-Bunda) 3 malam terakhir

malam pertama:

"Yaah... yahh.. Perut Nda sakiitt. Sakiit Yah.."

Ayah cuma ngulet-ngulet sebentar, tidak ada tanda-tanda untuk bangun. Akhirnya, di sepertiga malam terakhir itu, mendamaikan perut yang entah mengapa tiba-tiba sakit dan membuat bangun tengah malam. Alhamdulillah ya..akhirnya bisa tidur lagi :D

malam kedua:

"Yahh..Yahh.. Panasss. Panas banget Nda ga bisa bobok.."

Ayah cuma.."Mmhh.." Waktu liat jarum jam, ternyata 'baru' jam satu. Dipikir, udah tengah malam, atau dini hari :D


malam ketiga:

"Yaahh..yaahh.. Mati lampu yaahh. Ayah banguun, mati lampu nihh.."

Lagi-lagi si ayah cuma ngulet-ngulet. Kali ini saya tidak mau kalah. Guncang-guncang tubuhnya lebih keras lagi. Akhirnya mata ayah terbuka sedikiiitt. Tapi pas ditanya pagi harinya, ayah bilang cuma berasa lagi mimpi. Huh!


penutup:

"Yahh, Ayah ganti ringtone Ayah deh, Biar nanti kalau ditelpon Bunda pas mau melahirkan, Ayah bisa dibangunin. Masa nanti Ayah bangun pagi-pagi tiba-tiba dapet kabar, Nda udah melahirkan??"



note: rencana melahirkan di kampung halaman. Jadi bakal LDRan dulu dengan ayah selama masa-masa tersebut

Kamis, 24 November 2011

Pencarian rumah idaman kami

Haii? Halloo??

Apa kabar rumah idaman kami?

Sedikit cerita tentang suka duka pencarian rumah idaman kami, yang sepertinya sampai saat ini belum mengalami kemajuan berarti. Setelah berjuang sendiri, mencari info lewat internet, juga teman-teman, akhirnya ayah menggunakan jasa agen untuk mendapatkan informasi rumah. Sudah sekian minggu berjalan. Sudah sekian info yang dikirimkan lewat email, tapi belum juga ada yang sreg di hati. 

Terakhir, kemarin minggu ayah bertemu dengan seorang agen. Agen ini juga bukan tanpa koneksi sama sekali. Jadi, isteri-teman kantor-ayah punya nasabah-nasabah yang bekerja di bisnis properti. Melalui temannya itulah, ayah mendapatkan info tentang perumahan-perumahan. Kata temannya, "Bilang saja, kenal dengan Ibu X" Ibu X itu adalah isteri teman ayah ini. Bingung?? Hahaha..abaikan.

Minggu pagi, ayah janji bertemu dengan seorang agen untuk melihat soft launching sebuah perumahan di kawasan Serpong. Saya tidak ikut. Apalagi pagi itu, hujan kecil sempat meramaikan suasana. Ayah bawa motor dari kontrakan sampai Bintaro sektor 9. Saya sebenarnya tidak tega melepasnya pergi sendiri, soalnya dia tidak hapal daerah Bintaro. Akhirnya setelah meyakinkan diri dengan melihat rute yang akan dilaluinya lewat google maps, ayah pun berangkat. Tak lupa doa restu dari isteri turut mengiringi keberangkatannya.

Sepanjang siang, setelah ayah sampai di Bintaro sana, kami pun berkomunikasi via bbm. Ayah pergi dari satu perumahan ke perumahan lain ditemani sang bapak agen untuk melihat-lihat. Sesekali dia mengirimkan foto perumahan yang tampak masih dibangun.

Siang menjelang sore, saya tiduran di kamar depan. Tang-tung-tang-tung suara bb dari ruang tengah tidak saya pedulikan. Sekitar satu jam kemudian, ayah pulang ke rumah. Dia cerita kalau sempat nyasar. Langsung saya buka bb. Ternyata ayah yang bbm, bilang kalau dia kebingungan di jalan. Kasihaan... Tidak nyasar sebenarnya. Hanya dia tidak tau sedang ada di daerah mana. Akhirnya mampirlah dia di warung padang untuk makan. Begitu ceritanya.

Ayah pulang tidak dengan ekspresi kegembiraan. Sepertinya dia belum menemukan perumahan yang cocok. Malam itu kami bercerita tentang pencarian ayah. Ada satu tempat yang dia suka. Perumahan dekat dengan stasiun, jalan kaki pun bisa. Jumlah rumahnya hanya sekitar 30an. Daerahnya tenang, tapi begitu keluar sedikit langsung masuk ke keramaian. Ada pasar juga di sekitar situ. Hanya mendengar dari cerita ayah, entah kenapa saya langsung sreg, meskipun belum pernah melihatnya secara langsung. Tapi...penawarannya masih terlampau tinggi untuk kami. Kami bicarakan berbagai alternatif. Akhirnya kami pikir kami akan mencari yang lain dulu, sambil masih menyimpan pilihan yang satu itu di dalam hati. Siapa tau kami dapat meraihnya. Kalau memang jodoh, Allah pasti memberi jalan.

 gambar diambil dari sini

Pencarian pun dilanjutkan. Sementara dengan mengandalkan internet dan email-email dari agen. Puncaknya 2 hari yang lalu. Saya capek. Sepertinya kami tak kunjung menemukan apa yang kami inginkan. Saya pun marah-marah ke ayah via hape, siang hari, di kantor. Saya bilang saya sudah tidak mau tau lagi urusan rumah. Capek. Lalu muncul pemikiran, kenapa ya, kita tidak punya uang banyak biar bisa beli rumah yang sesuai keinginan? Astaghfirullah... Itu namanya kufur nikmat. Saya beristighfar, mengingat banyak orang di luar sana yang bahkan untuk makan saja susah. Saya dan ayah masih hidup dengan sangat layak meskipun kami belum punya rumah. Menyesal rasanya punya pemikiran seperti itu.

Sore harinya, saya bbm ayah, bilang minta maaf karena sudah judes ke dia. Ayah pun memaafkan. Sampai saat ini, kami belum membicarkan rumah lagi. Begitu banyak yang ada di depan mata. Yang paling dekat tentu saja kelahiran anggota baru keluarga kami. Sepertinya, menemukan rumah idaman kami memang bukan perkara mudah di tengah event-event yang akan segera datang.


p.s: sekarang, kami sedang menunggu informasi tentang tanah yang sedang dinegosiasikan harganya. Setelah berkonsultasi dengan teman yang punya rumah dengan cara dibangun, sepertinya kami lebih prefer untuk membangun rumah sendiri. Tapi tentu saja, pencarian perumahan pun takan etap dilakukan. Semoga tahun depan, keluarga kecil kami sudah mempunyai tempat berteduh yang nyaman. Dan milik sendiri :)

Rabu, 23 November 2011

Laki-laki? Atau perempuan?


Sebagai anak pertama, sering saya berandai-andai mempunyai seorang kakak. Kakak laki-laki, tempat saya bisa bebas bercanda, bermanja, dan berantem, hehe. Entah kenapa, yang saya mau, kakak laki-laki, bukan perempuan. Mungkin karena saya melihat teman-teman di sekitar yang mempunyai kakak laki-laki. Mereka bisa berangkat dan pulang sekolah bareng, atau pergi-pergi dengan diantar-jemput kakak laki-lakinya. Tapi yang saya miliki hanyalah seorang adik laki-laki. Saya tidak punya kakak. Dan tentu saja tidak bisa meminta. Walaupun dulu saya sering bertanya ke ibu: "Kenapa sih, aku nggak punya kakak cowok?" :D

Obsesi masa kecil. Mungkin itulah yang terjadi. Saya tidak punya kakak laki-laki. Makanya, setiap kali membayangkan tentang anak dan masa depan, yang saya inginkan adalah punya anak pertama laki-laki. Agar dia bisa menjadi kakak untuk adik-adiknya. Mungkin karena itu juga, saya menamai 'calon anak' saya yang  tidak sempat dilahirkan dengan nama Azka Auliya. Meskipun kata ibu saya, jatohnya seperti nama anak perempuan. Dalam pikiran saya, dia seorang calon bayi laki-laki. Dan kembali ke namanya, Azka Auliya, saya jadi berpikir lagi: bisa saja nama itu untuk anak laki-laki atau perempuan. Toh pada saat dia pergi, kami belum mengetahui jenis kelaminnya. Salam rindu untuk Azka sayang nun jauh di sana :-*

Di kehamilan kedua ini, saat ada orang bertanya, "Pengennya cowok atau cewek?". Saya pikir saya sudah tidak seobsesif kala sebelumnya. Setelah direnungi dan dipikir-pikir, saya mau juga punya anak pertama perempuan. Setelah kehamilan saya semakin besar, saya pikir, lucu juga punya anak perempuan. Saya suka aksesori bayi-bayi perempuan. Saya suka baju-bajunya. Dan pasti akan menyenangkan sekali menghiasi rambutnya dengan bando-bando atau pita yang lucu. Jadi saya pun pasrah, malah cenderung mengharapkan bayi perempuan sebagai anak pertama saya. 

Saat kehamilan saya memasuki bulan kelima, dokter sudah bisa mengecek jenis kelamin calon anak kami. Hasilnya? Laki-laki katanya. Saya hanya tersenyum lebar. My first, will be a boy. Lalu bulan keenam pun menjelang. Kata dokter, semakin terlihat kalau dia memang laki-laki. Alhamdulillah.. Sebenarnya, saya sudah tidak ada kecenderungan, laki-laki dan perempuan sama saja. Tapi Allah ternyata mendengar keinginan masa kecil saya. Semoga jagoan kecil kami, selalu sehat di dalam sana. Bunda sudah tidak sabar memeluk dan menciummu Nak. Insya Allah, 3 bulan lagi kita bertemu :)


*picture taken from here

Senin, 21 November 2011

(Ayah-Bunda) Marah

Ayah: Kemarin Ayah ngambil uang di ATM xxxx


Bunda: Loh, kok diambil? Itu kan buat tabungan dedek. Itu kan buat dedek??


Ayah: Habis, Ayah mau kondangan nggak punya uang


Bunda: Kenapa nggak minta Nda?


Ayah: Kan kemarin Ayah lagi marah. Masa lagi marah minta uang?


Bunda: @#*^$&^#@*&?!!

Senin, 14 November 2011

Sudah bisa dilihat

Tidak hanya diraba. Sekarang juga sudah bisa dilihat!

Apanya??

Gerakan dedek yang masih di perut.

Waah, subhanallah sekali, dalam usianya yang masih 23 minggu, saya sudah bisa melihat perut saya bergerak-gerak saat si dedek menendang-nendang. Awalnya nggak sadar, waktu tiduran telentang, terasa dedek menendang kencang. Dan ternyata, tanpa diraba pun sudah terlihat perut sebelah mana yang ditendang. Saya dan ayah kegirangan. Dedek pun bergerak makin kencang.

Lucunyaaa..

Sehat terus ya Nak :)

Jumat, 11 November 2011

(Ayah-Bunda) Dilema ngebet beli gadget

Sudah beberapa minggu belakangan ayah ngomongin gadget baru terus. Padahal biasanya kami berdua tidak terlalu freak menanggapi perkembangan teknologi jaman sekarang.

Kemarin, ayah bilang lagi nemenin rekan kantornya beli gadget itu. Dan tentu saja, semakin menggebu-gebulah hasrat untuk ikut membelinya. Lalu tadi pagi, ayah bbm, bilang kalau dia akan menemani sang rekan kantor transaksi beli si gadget (ternyata yang hari kemarin baru liat-liat aja). Sedari pagi ayah sudah bbm. Galau. Akhirnya, saya bilang saja, silakan kalau ayah mau beli.

Menjelang siang, saat sedang ikut dharmawanita di kantor, hp dalam kondisi silent. Begitu dibuka

4 missedcall: Ayah

dan bbm:

Jadi nggak ndaa

Gmn nda

Nda?

Beli ya nda

Bismillah..

Nda dimannnaaaa?

Udah beliiiiii

Ndaaaaa

Huaaa

Ndaaaaaaaaa

Ayah udah beliiii



***

Kamis, 10 November 2011

Ayah

Kalau saya menyebut ayah di sini, itu berarti suami saya, bukan orang tua laki-laki, karena orang tua laki-laki saya, biasa saya panggil Bapak.

Ayah, adalah sosok yang simpel. Sama sekali tidak romantis. Kalau saya ulang tahun, jangan harap ada kejutan. Ayah bahkan tidak membungkus kado ulang tahunnya, cukup memberikannya pada saya lengkap dengan pembungkus dari tokonya :) Sekalinya dapat bunga dari ayah, waktu saya ulang tahun untuk yang pertama kalinya dalam pernikahan kami. Itupun atas permintaan saya.

Tapi akhir-akhir ini, ayah sedikit berbeda. Dia rajin membalas bbm, dan sering mengusahakan untuk pulang cepet dari kantor. FYI aja, sehari-hari ayah biasanya sampai di rumah sekitar pukul 8 malam atau lebih. Tapi belakangan ini dia sering berjanji pulang lebih cepat, jam setengah delapan sudah sampai rumah. Pernah juga dia membawakan oleh-oleh. Atau menanyakan mau dibawakan makanan apa. Waah, bagi saya, ini adalah peningkatan pesat. Ayah menjadi lebih perhatian. Apalagi saat minggu-minggu kemarin full dengan konser. Ayah dengan setia menunggui saya di hotel sampai tengah malam, tak pernah absen menjemput.

Ayah, insya Allah sebentar lagi benar-benar menjadi seorang ayah. Semoga, dia bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi anak kami kelak :)

Rabu, 09 November 2011

Minta pulsa

suatu kali di antara sms-sms saya dengan atasan:

atasan:
Mbak, kamu kok nomernya ganti-ganti? Nomer yang bener mana?

saya:
Saya sedang nggak punya pulsa Bu. Ini pake nomernya mbak X. Nomer saya nggak ganti...


pesan moral:
demi kepentingan pekerjaan, pastikan hp selalu terisi pulsa

Selasa, 08 November 2011

Menulis vs membaca

Kenapa bisa?
Soalnya, entah kenapa, ketika saya sedang rajin menulis (di blog), minat baca saya turun. Sebaliknya, saat sedang hobi baca, aktivitas menulislah yang turun drastis. Paling tidak itu berlaku untuk saya, entah buat yang lainnya. Kalau sekarang, saya sedang rajin apa? Jawabannya, baca. Tapi saya juga lagi kangen menulis, jadi bermunculanlah tulisan-tulisan nggak jelas gini, hehe

Bytheway, saya lagi suka blogwalking. Menakjubkan ya, melihat tulisan mereka yang dikenal di dunia nyata, ternyata punya cerita berbeda di dunia maya. Ah, walaupun minat tulis-menulis saya berbanding dengan minat baca, tapi saya cinta dua-duanya :')

I'm back

Melihat arsip di blog ini. Setahun sudah ternyata saya meninggalkan blogspot. Apa saja yang terjadi? Banyak.

Tapi saya menulisnya di rumah yang satu lagi, multiply. Semua kisah selama satu tahun ada di sana. Pada akhirnya, semua kembali lagi ke MP. Entah saya yang kurang telaten mengurus dua rumah, atau memang saya sudah jatuh cnta terlebih dahulu dengan rumah di sana, plus tetangga-tetangganya.

Sekarang sedang jenuh dengan empi. Sementara mengungsi lagi ke blogspot. Sementara? Semoga saja tidak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...