Selasa, 24 Juli 2012

KUIS BERHADIAH 5 BUKU KUMCER

Lagi blogwalking, dan mampir ke blognya Ila, pas tiba-tiba baca kalau ada yang lagi ngadain kuis. Langsung deh klik linknya. Ternyata ada Mbak Fanny, Sang Cerpenis yang mau bagi-bagi buku kumcernya. Langsung pengen ikutan. Pede aja deh, biarpun baru kali ini mampir di blognya mbak Fanny. Salam kenal ya mbaak.. Maklum, baru mulai aktif lagi di Blogspot nih, jadi belum punya banyak temen :)

Ngubek-ngubek blognya mbak Fanny sebentar, trus kirim email deh. By the way, berarti dengan ini, ini giveaway pertama di blogspot yang saya ikuti. Syukur-syukur, dapet hadiahnya juga. Dan bakal jadi hadiah giveaway pertama yang saya terima. Aamiin.. Hihi..ngarep :p

Sok, buat yang mau ikutan kuis juga. Klik aja di sini. Batas waktunya sampai tanggal 25 Juli pukul 15.00 WIB aja. Jadi ayuk buruann. Hadiahnya menariiikk. Bisa pilih salah satu dari lima kumcer terbarunya mbak Fanny.

Kalau saya, pilih yang ini ya mbak. Judulnya menarik, bikin penasaran
Semoga dapet yaa :D

gambar dari blognya Mbak Fanny


Kamis, 19 Juli 2012

Family Gathering


Selalu ada cerita setiap habis weekend. Kalau hari kerja maklum lah yaa, seharian di kantor, jadi ceritanya ya itu-itu aja.

Nah, weekend kemarin itu, agenda serunya adalah, family gathering kantor bunda. Acaranya hari Sabtu-Minggu (pake nginep) di Ancol. Tapi berhubung hari Sabtu kami sekeluarga seharian ngukur jalanan, jadi waktu sampe rumah malamnya, saya dan ayah sudah kecapekan. Kami juga takutnya Raihan kecapekan kalau malam itu langsung ke Ancol. Jadi kami putuskan skip acara menginap malam itu dan baru pergi keesokan harinya. Paginya, setelah gedubrakan sana-sini, jam 7 pagi akhirnya kami siap berangkat. Ini tuh yaaayy banget! mengingat selama ini kalau mau pergi-pergi, siap-siapnya lama banget. Contoh aja, semisal rencananya mau pergi jam 8 pagi, molor 2 jam jadi jam 10 *curcol :p Karena dresscodenya pake baju putih, Raihan dipakein baju singa yang ini


Kami pergi berempat bareng sama ibu yang sehari-hari jagain Raihan, sebut saja Bu Nia (bukan nama samaran). Sampai di hotel, saya langsung ajak ayah, Raihan, sama Bu Nia ke ballroom. Eh, ternyata masih pada sarapan. Lumayann, dapet makanan untuk mengganjal perut *biarpun udah tinggal sisa aja T.T. Tujuan utamanya ke ballroom sebenernya mau cari temen yang pegang kunci kamar. Jadi setelah sarapan sedikit, kami pun langsung ke kamar. Taruh beberapa barang, Raihan mimik sebentar, lalu keluar lagi ke ballroom untuk mengikuti acara. Minus Raihan dan si Ibu, yang ditinggal buat mainan aja di kamar.

Acara hari itu rupanya perpisahan dengan Pak Dirjen kami yang sebentar lagi akan bertugas di instansi lain. Isi acaranya, nonton video, nyanyi-nyanyi, foto-foto, makan-makan snack. Santai. Di tengah acara saya bosan dan memutuskan untuk naik ke kamar. Eh, begitu sampai di atas, Raihan lagi bobok. Tak lama kemudian disusul ayahnya yang bobok. Dan Bu Nia juga ikutan bobok di kursi pas lagi nonton tv. Akhirnya turun lagi ke bawah. Mampir ke kolam renang, liatin Zahra (anak temen sekantor. usianya selisih 2 minggu sama Raihan) yang lagi renang. Ditawarin buat pinjem neckringnya. Tapi sayang saya sama ayah nggak ada yang bawa baju ganti. Jadi nggak ada yang bisa ikut nyemplung dong. Kalau nggak ada yang ikut nyemplung, masa iya Raihan kami biarin renang sendirian di tengah keramaian kolam -_-. Akhirnya renang pun gagal. Padahal seru keliatannya

Balik ke ballroom, ternyata masih nyanyi-nyanyi. Pas waktu itu ada orang kantor yang maju ke panggung dan nyanyi apa coba? Iwak peyek! Disusul sesosok bocah yang lucuuuu banget dinaikkan ke panggung juga sama ayahnya, ikut joget iwak peyek. Beberapa saat kemudian, acara nyanyi-nyanyi pun selesai. Saatnya foto-foto. Maju deh per direktorat buat foto bersama bareng Pak Dirjen. Habis kelar foto-foto, acara ditutup dengan doa bersama. Dan tentu saja makan siang. Horee

Saya pun naik ke atas lagi. Jemput ayah, Raihan, dan Bu Nia. Turun lagi. Trus makan deh. Itu makanan buanyaaakkk banget. Sampe bingung mau pilih yang mana. Siasatnya tetep, kayak kalo lagi makan di resto hotel, semuanya dicobain satu-satu, tapi dikit-dikit, biar nggak cepet kenyang :p

Habis makan siang, kenyang, kita siap-siap ambil barang di kamar, trus pulang deh. Sampe rumah lagi jam 2 siang. Ini nih beberapa foto family gathering kemarin

ngomong-ngomong, ini kayaknya foto bertiga kami yang pertama loohh.. 



Kumpul bocah. Raihan sama Tante Ayu, Fathirnya mbak Kiki, Kanayanya mbak Asti. yang sempet foto bareng cuma ini aja. Padahal bayinya banyak, huhu


ehm :p

Raihan dengan topi-yang kata ayahnya-udah kayak lap ditaroh di atas kepala -,-


Family gathering ternyata seru juga. Bisa ketemu banyak keluarga, bisa nemuin Raihan sama temen-temen sebayanya. Dan yang penting, bisa liburan gratiiss... :D:D:D


Are you ready for one-month sale?

“Setiap pahala kebaikan amal anak adam dilipatgandakan sepuluh kali lipatnya menjadi 700 kali lipat, kecuali puasa. Sesungguhnya ia untuk-Ku. Dan Aku-lah yang akan mengganjarnya sendiri” 
(HR. Bukhari dan Muslim)


Saat ada pengumuman tentang big sale di department store ternama, apa yang akan kita lakukan? Mungkin sebagian dari kita akan segera bersiap-siap, mengincar barang-barang tertentu, dan ikut antri menunggu saat big sale dibuka. Sebagiannya lagi santai-santai, ikut juga menunggu tapi tanpa persiapan. Sementara yang lainnya acuh, tidak peduli sama sekali. 

Saat toko akhirnya dibuka, orang-orang menyerbu masuk. Mereka yang sudah mempersiapkan diri sebelumnya akan langsung menuju barang incaran. Mantap, tanpa ragu-ragu. Yang tak punya persiapan kebingungan. Berkeliling kesana-kemari tanpa arah tujuan. Lalu waktu belanja pun habis. Ada yang puas karena mendapatkan barang yang diinginkan. Ada yang menyesal dan kecewa karena tidak mendapatkan apapun.

Kurang lebih seperti itulah perumpamaan orang-orang di bulan Ramadhan. Berlomba-lomba mengejar pahala yang sedang diobral. Allah benar-benar Maha Baik sehingga mengirimkan Ramadhan untuk kita. Bulan yang di dalamnya penuh rahmat, barokah, dan ampunan. Siapapun tahu, di bulan ini, setiap amalan yang kita lakukan dilipatgandakan nilai pahalanya. Ibadah sunnah mendapatkan pahala seperti ibadah wajib. Sementara yang wajib, dikalilipatkan pahalanya. 

Bagaimana dengan sedekah?

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:261)

Sedekah di luar bulan Ramadhan  saja pahalanya 700x lipat. Bagaimana kalau sedekah di bulan Ramdhan? Pasti lebih banyak lagi bukan? Masya Allah.. :)

Jadi, mari kita manfaatkan bulan ramadhan dengan sebaik-baiknya. Kita raup pahala sebanyak-banyaknya. Mumpung lagi obral. Jangan sampai kita menyesal di akhir Ramadhan karena tidak mendapatkan apa-apa. 

Ah, Ramadhan..menantimu datang di pintu rumahku..


gambar dari sini


Berpuasa saat menyusui. Menyusui saat berpuasa

Insya Allah, tinggal sedikitt hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Mungkin satu atau dua hari lagi, menurut kebijakan pemerintah. Kebetulan bulan Ramadhan ini, sekaligus bulan terakhir masa ASIX untuk Raihan. Karena tahun kemarin saya sudah tidak berpuasa lantaran kondisi kehamilan yang saat itu tidak begitu mendukung--mual dan muntah--maka tahun ini saya berniat untuk berpuasa. Kalau bisa sih full. Kebetulan saya juga belum dapet tamu bulanan sejak melahirkan Raihan bulan Februari kemarin. Jadi semakin pengen untuk bisa puasa full satu bulan.

Kebetulan sedang mencari tips puasa untuk ibu menyusui. Dan nemu artikel di Aimi. Saya copas di sini saja supaya gampang dilihat lagi. Ini dia, Tips Menyusui Ketika Puasa

ASI Lancar, Puasa pun Tak Lewat

Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan penuh ibadah bagi umat muslim di dunia. Salah satu ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim yang telah baligh (cukup umur) adalah berpuasa. Nah, bagaimana dengan ibu hamil dan menyusui? Puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Alhamdulillah, Islam memberikan kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa dengan berpuasa di lain waktu atau membayar fidyah.

Yang pertama, dikembalikan kepada motivasi atau niat. Jika ibu hamil dan menyusui tidak melakukan ibadah puasa karena mengkhawatirkan kesehatan dirinya, maka dia menganggap dirinya seperti orang sakit. Sehingga cara mengganti puasa sama dengan mengganti puasa dikala orang sakit, yaitu dengan berpuasa di hari lain. Namun, jika mengkhawatirkan bayinya, dianggap seperti orang tua yang tak punya kemampuan sehingga cara menggantinya selain membayar puasa-seperti cara orang tua-yaitu dengan membayar fidyah.

Yang kedua, ibu hamil atau menyusui cukup membayar fidyah saja tanpa harus berpuasa. Karena keduanya tidak berpuasa bukan karena sakit, melainkan karena keadaan yang membuatnya tidak mampu puasa. Kasusnya lebih dekat dengan orang tua yang tidak mampu berpuasa.

Apa dan bagaimana cara membayar Fidyah? Fidyah adalah memberi makan orang fakir miskin. Satu hari puasa diganti dengan satu kali fidyah. Ukuran memberi makan adalah sebesar porsi kita makan 3 kali sehari, yakni sekitar 1 mud atau 600 gram. Jika dirupakan uang, sebesar biaya kita makan 3 kali sehari.
Ketika memberikan fidyah, ada tata caranya juga. Salah satu yang harus diingat adalah jangan lupa mengucapkan berita serah terima/ijab kabul. Misalnya “Saya membayar fidyah kepada saudara, mohon diterima dengan baik”. Jika meminta orang lain yang menyerahkan maka, “Ibu A membayar fidyah kepada saudara, mohon diterima dengan baik”.

Nah, bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa bagaimana? Selama kondisi ibu dan bayi sehat, maka diperbolehkan berpuasa. Namun, jika dikuatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan, misalnya kekurangan gizi, produksi ASI berkurang, sakit, dan lain sebagainya, maka Islam menyarankan untuk tidak berpuasa.

Manajemen Laktasi Ibu Menyusui Yang Sedang Berpuasa

Dengan perubahan jadwal makan, bukan berarti asupan makanan yang dikonsumsipun ikut berubah. Yang penting, ibu menyusui tetap makan 3 kali sehari dan secara disiplin mengkonsumsi makanan dengan gizi berimbang, yaitu dengan komposisi 50% karbohidrat, 30% protein dan 10-20% lemak.
Kemudian, hal-hal berikut dapat dilakukan untuk memastikan bahwa produksi ASI selama ibu berpuasa tetap lancar dan berkualitas:
  1. Asupan menu dengan gizi seimbang
  2. Ibu yang sedang menyusui memang membutuhkan tambahan sekitar 700 kalori perhari, 500 kalori diambil dari makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Oleh karena itu, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap mempertahankan pola makan 3x sehari dengan menu gizi seimbang. Pada saat sahur, ketika berbuka puasa dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih. Makan sahur akan menghasilkan energi yang berguna untuk aktivitas kita hari itu. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.
  3. Perbanyak konsumsi cairan, mulai dari berbuka hingga sahur
  4. Jika bisa minum air putih selama sehari itu sebanyak dua liter, ditambah dengan jenis cairan lainnya seperti juice buah, teh manis hangat dan susu. Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia bagi ibu hamil dan menyusui. Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Berbuka puasa dengan minum minuman hangat, akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui.
  5. Istirahat yang cukup
  6. Merasa lemas saat berpuasa itu hal yang lumrah, apalagi jika si ibu baru saja menyusui. Cobalah untuk beristirahatlah sejenak, apakah dengan cara tidur atau sekadar relaks menenangkan pikiran. Perlu ibu menyusui ketahui, bahwa semakin sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar.

Ibu Bekerja

Ibu bekerja yang memerah ASI di tempat kerjanya disarankan untuk tetap melakukan kegiatan memerah ASI seperti biasa dengan tetap memperhatikan tips-tips seperti yang sudah disebutkan diatas ini. Kembali berpegang pada prinsip demand and supply, semakin banyak ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Apabila ibu menyusui yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang, yang bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi karena mengurangi kegiatan memerah tadi.
Bagaimanapun, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Untuk ibu yang memiliki bayi di bawah 6 bulan, memang dianjurkan untuk tidak berpuasa karena bayi sedang dalam tahap ASI Eksklusif dan belum memperoleh makanan tambahan apapun kecuali ASI.
Selamat menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan dan salam ASI!


Semoga Ramadhan tahun ini, kita bisa beribadah dengan sebaik-baiknya ya temans.. Selamat Ramadhan, selamat puasa, selamat mengejar pahala :)

Senin, 16 Juli 2012

Beda antara Ayah dan Bunda

Bunda: "Yaaahhh, hati-hati gendong Raihaan.. Raihan masih keciiill"
Ayah: "Nggak papa, Raihan udah kuat kok"

Bunda: "Yaahh.. itu Raihaan. Ati-atii.."
Ayah: "Nggak usah terlalu hati-hati... Raihan udah kuat"

Bunda: "Aduuhh, botolnya kurang bersih nih kayaknya"
Ayah: "Nggak papa.."
Bunda: "Nggak papa, nggak papa!"
Ayah: "Biar anaknya bandel" (bandel: nggak gampang sakit, kuat gitu deh maksud ayahnya)
Bunda: ...



Jumat, 13 Juli 2012

Blogger ababil


Kenapa ya, saya selalu ngerasa kalau tema blog ini tuh nggak cocok 
Tapi kalau nanti ganti lagi, pasti ngerasa nggak cocok juga
Belum menemukan identitasnya nih
Nggak kayak blog di multiply yang udah nggak pernah diotak-atik lagi tampilannya. udah sreg gitu


Saran dong temans, warna apa yang sebaiknya dipakai?
Kayaknya putih oke ya?
Simpel

Huuufff....
Ababil deh



Kamis, 12 Juli 2012

Lingkungan Sadar ASI

Selama tujuh hari kerja kemarin saya off dari kantor. Ada surat tugas untuk ikut pendidikan dan pelatihan Microsoft Office tingkat advanced. Sebelum menerima tawaran diklat tersebut, saya sempat ragu. Bagaimana dengan aktivitas pumping ASI? Apa nanti bisa pumping kalau saya ikut diklat? Untungnya ada teman yang bekerja di Pusdiklat tempat saya akan diklat beberapa hari. Saat saya tanya apakah di kantornya ada ruangan untuk pompa ASI dan dia bilang ada, saya pun menerima tawaran pelatihan dimaksud. 

Selama diklat itu, saya bawa cooler bag kemana-mana. Kebetulan lab komputer ada di lantai paling atas, lantai 8. Sementara ruangan untuk pompa ASI ada di poliklinik, lantai 1. Sementara itu, salah satu lift dari dua lift yang ada di gedung itu sedang diperbaiki, sehingga kami hanya bisa menggunakan satu lift yang ukurannya kecil dan hanya muat beberapa orang saja. Waktu terbuang hanya untuk antri di depan lift. Karena itu, saya bawa cooler bag ke kelas supaya bisa pompa ASI dimanapun dan kapanpun tanpa harus turun ke lantai 1. Kadang, di sela coffee break yang hanya 15 menit, saya sempatkan diri untuk pumping di toilet.

Selama berada di luar kantor itulah, saya mengalami beberapa kejadian yang membuat saya sadar kalau di luar sana, semakin banyak orang yang sadar tentang ASI dan kewajiban ibu memberikan ASI untuk anaknya. 

Yang pertama, tentu saja saat saya bertanya ke teman laki-laki saya yang bekerja di pusdiklat itu. Saat dia tahu kalau di kantornya ada ruangan yang biasa dipakai ibu-ibu untuk menyusui maupun untuk memompa ASI, saya sempat kagum. Wow, ternyata dia sadar ASI juga. 

Yang kedua, saat saya pertama kali menyambangi poliklinik, yang notabene bukan tempat khusus pompa ASI. Ternyata di sana ada kulkas yang sepertinya memang dipakai hanya untuk menyimpan ASIP. Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Karena kulkasnya kosong dan hanya terisi saat ada yang menyimpan ASIP. 

Yang ketiga, bidan yang sangat kooperatif. Membolehkan kami-peserta diklat-untuk memompa ASI di ruang periksa (bagian dalam poliklinik) dan menguncinya dari dalam demi kenyamanan para busui.

Pengalaman lainnya berkaitan dengan orang-orang yang saya temui di sana. Suatu kali, saat saya sedang menenteng cooler bag, di dalam lift, seorang bapak bertanya, "Wah, bekalnya apa tuh?" sambil matanya mengarah ke cooler bag merah yang saya jinjing. Tiba-tiba bapak lainnya di dalam lift yang menjawab, " Itu bukan bekal makanan. Itu ASI. Ibu-ibu jaman sekarang banyak yang bawa-bawa gituan." Saya hanya tersenyum lebar mendengarnya. Atau suatu saat, saya akan pompa ASI, tapi kebingungan karena bu bidan sedang tidak ada di tempat. Seorang satpam menghampiri saya dan bilang, "Masuk aja mbak, nggak papa. Dikunci aja, kuncinya ada di pintu kok," lagi-lagi saya tersenyum lebar. Lain waktu saya sedang 'sibuk' di toilet dengan apron yang menutupi badan. Saat orang-orang masuk, mereka bertanya berapa bulan bayi saya :D

Oya, selama berada di sana, saya mendapatkan teman baru. Peserta diklat kelas lain, yang juga sedang menyusui anaknya. Sering kami pumping bersama dan ngobrol ngalor-ngidul. Menyenangkan. Sama-sama bukan pegawai kantor yang bersangkutan dan sama-sama busui. Sebenarnya ada juga pegawai kantor tersebut yang juga busui. Tapi kami tidak pernah bertemu di poliklinik. Hanya botol berisi ASIPnya saja yang terlihat di dalam kulkas :D

Pelajaran yang saya dapat dari pengalaman pumping di luar kantor itu adalah, masyarakat sekarang sudah semakin sadar ASI. Dan itu jelas memudahkan langkah kita para pejuang ASI. Semoga ke depannya lebih baik lagi ya. Saya berharap, semakin banyak tempat-tempat umum yang memfasilitasi kegiatan para ibu menyusui :D


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...