Rabu, 15 September 2010

Tak taulah....


H+4 setelah lebaran, sekaligus H-4 sebelum tanggal pernikahan
Banyak orang yang menanyakan keberadaan saya di kantor. Beragam pertanyaan dilayangkan. Nggak di dunia nyata, nggak di dunia maya, hihi..
“ Kok masih masuk kantor?”
“ Loh..capeng kok nggak dipingit?”
“ Kapan mulai cuti?”
“ Kok masih di sini? Emang nikah dimana?”
Dan lain sebagainya

Dan saya hanya menanggapi dengan tersenyum,” Nanti, hari Kamis pulang lagi” >>> means H-2.

Mau bagaimana lagi kawan. CPNS belum dapat cuti tahunan. Jadi, walaupun saya menangis merengek sekalipun, saya nggak bakal dikasih ijin untuk cuti sesudah lebaran. “Nanti ada sidak lho!” begitu katanya. Mana berani lah saya menghadapi kata-kata sidak itu. Tak diangkat jadi PNS nanti gimana pula??

Tapi alhamdulillah, boss sangat kooperatif dan inisiatif. Setelah dicek, ternyata CPNS punya hak untuk mengajukan cuti karena alasan penting. Cuti karena alasan penting itu antara lain, cuti karena ada orang tua atau saudara yang meninggal, cuti karena sakit keras, dan cuti untuk menikah. Pokoknya, untuk urusan yang sangaaaat penting, baru dibolehkan mengambil cuti ini. Tapiiii…teteep.. potongan diberlakukan. Jadi biarpun namanya cuti, tetap kena potongan lho yaa.. Ah, kalau saya si, tidak begitu ambil pusing dengan potongan ini. Menikah itu sekali seumur hidup! (Aamiin…insya Allah…) Urusan materi, nanti saja dikesampingkan. Dan akhirnya, saya pun sukses meminta ijin cuti 6 hari *senyum lebar

Kembali ke kantor, kembali ke kos, kembali ke kehidupan seperti sebelum lebaran. Entah kenapa, mood saya naik turun. Apa ini efek psikologis sebelum menikah? Pre marriage syndrome?? Fufufufu… entahlah.. Yang jelas, 2 hari di Jakarta saya merasa sangat kesepian. Padahal ada teman-teman kos yang juga sudah masuk kantor (beginilah nasib pegawai termuda…), dan ada juga adik yang dengan kasihannya harus menemani saya selama di Jakarta, karena saya tidak diperbolehkan balik sendiri.

Mungkin saya bisa jelaskan alasan mengapa saya merasa sepi sendiri tak ada yang menemani *hallah!!. Yang pertama, saya memikirkan orang-orang di rumah yang sedang sibuk, ribet, ramai mempersiapkan segala keperluan hari H. Yang bertugas masak mulai memasak, yang bertugas mendirikan tenda mulai mendirikan tenda, dan sebentar lagi tamu-tamu berdatangan untuk kondangan. Meriah.

Yang kedua, hal yang sama juga saya bayangkan terjadi di Temanggung sana, kampung asal calon suami. Dia memberitahu kalau di sana juga sudah mulai mempersiapkan segala tetek bengek untuk hari H dan acara yang juga rencananya akan diadakan di Temanggung 2 hari sesudah hari H. Pasti semua orang sedang sangat sibuk.

Sementara ituuu… saya di kantor kesepian. Orang-orang sebagian besar masih cuti. Saya merasa diabaikan, jauh dari segala keramaian. Saya merasa, seharusnya sayalah yang jadi pusat perhatian, tapi kenapa saya terlupa?? Tidak ada yang mengabari saya, tidak ada yang mengingat calon mempelai wanita ini. Heyy, saya kan yang akan menikah?? *huhu…sungguh pemikiran yang kekanak-kanakan.

Pada akhirnya, saya mencoba berbesar hati. Mereka semua pasti sedang sibuk. Mereka sedang mempersiapkan yang terbaik. Jadi tidak boleh berpikiran seperti anak kecil lagi. Mungkin.... ya, mungkin, saya hanya kesepian di sini. Di kantor yang penghuninya belum lengkap ini. Tidak ada yang mengajak saya ngobrol ataupun bercanda, sehingga saya kepikiran yang jauh di sana, heuheu….



O iya, ngomong-ngomong, sebaiknya, saya apakan ya, adik laki-laki saya satu-satunya?? Duuh… kasihaaan kalau ingat dia di kos seharian. Tidak bisa membawanya jalan-jalan karena tidak ada waktu. Seharian dari bangun tidur sampai maghrib di rumah terus, tidak kemana-mana. Pasti sangat bosan. Untung tidak lama-lama, hanya 3 hari 2 malam. Sabar yaaa… huhu..

Dan sekarang, terhitung H-3 sebelum tanggal. Ya Allah, lancarkan, mudahkan segala urusan kami…. Aamiin….

Jumat, 03 September 2010

The Story of Invitation



Undangan Andiah-Uut

Akhirnyaa... kemarin yang dinanti-nanti datang juga. Berawal dengan sapaan Pak Pos yang melongokkan kepala ke dalam ruangan kantor, diikuti dengan pandangan penasaran seorang gadis manis *itu saya, itu saya!!* melihat paket yang dibawa pak Pos.

Laluu... "Ibu Andiah di sini?"

dan paket pun segera berpindah tangan. 
Dan setiap kali ada orang melihat bungkusan kardus itu, kata-kata yang keluar adalah: " Waah, apa tuh??!" Ada yang bilang seperangkat alat sholat-lah, ada yang bilang mas kawin-lah, ada yang bilang baju pengantin-lah, dan ada juga yang menebak dengan benar: undangan. Tapi saya mematahkan semua tebakan asal-asalan itu dengan tertawa manis dan sebuah pernyataan: "Yee.. orang isinya makanan kok!" Ups, boong deh! Tapi boong becanda jadi ga pa pa kan? Lagian saya juga lagi ga puasa *dwooohh..

Oya, kisah selanjutnya adalah mengenai perjuangan saya membawa paket yang sudah dinanti-nantikan itu pulang ke kosan. Di tengah hujan deras, di antara deru bajaj yang saya naiki, seorang pengendara motor dengan santainya ngebut di sebelah kiri bajaj. Dan yang terjadi adalah.... BYUUUURRR!!! Bayangkan! Padahal saya naik bajaj! Naik bajaj, saudara-saudara! Tapi kenapa saya masih kuyup kena cipratan air dari pengguna jalan raya yang tidak berperasaan ngebut saat hari hujan??? Kenapa, oh kenapa??!! Nilai moralnya adalah: jangan naik bajaj saat hujan deras *piss buat para tukang bajaj

Dan karena sudah telanjur basah, jadilah saya hujan-hujanan sekalian. Setelah naik bajaj, saya ngojek. Maklum, jalan masuk gang sempit, jauh, dan tangan saya tidak muat membawa barang-barang itu:  tas tangan, kardus, dan sepaket cokelat buat lebaran. Sampai di depan pintu kos, disambut oleh mbak asisten rumah tangga Ibu kos yang histeris melihat saya kuyup dari atas sampai bawah. "Kenapa nggak minta dijemput  di depan gang aja Mbak??" Hihi...

Masih dalam kondisi basah-basahan, saya dengan tidak sabar membuka bungkusan yang sudah sukses bikin saya penasaran setengah harian itu. Dan taraaa.... segepok undangan berwarna keemasan pun ada di pelukan saya *cieeh

Overall, lumayan puas dengan undangannya. Sederhana. Sangat biasa. Sebenernya si saya pengennya undangan yang hardcover, tapi Mas itu dan Ibu bilang nggak usah. Nggak boleh malah katanya. Mahal-mahal buat apa? Ya sudah, saya manut saja. Sempat membanding-bandingkan dengan undangan-undangan yang masih bertebaran di kosan. Bagus-bagus. Melihat ke undangan sendiri. Ini juga bagus kok, dan hemat *mencoba berpikir efisien. Uangnya bisa dipakai untuk yang lain-lain. Buat apa bikin undangan mahal-mahal?

Selanjutnya, mencetak list nama dan menyebarnya wiken ini. Momennya sedikit kurang pas. Saya yakin sudah banyak yang mudik. Tapi nggak papa, harus tetep semangat!

H-15



Rabu, 01 September 2010

Menunggu yang tak pasti

Yep. Menunggu itu salah satu pekerjaan yang tak menyenangkan bukan? Dan itu yang sedang saya lakukan beberapa hari ini. Menunggu paket kiriman pos. Paket yang sangat penting. Yang akan menentukan kelangsungan masa depan saya *lebaiiiiii.... Paket itu adalah......... paket undangan pernikahan!!! *nah loh, penting kan??!!

Oke, let us see.. H- berapakah ini?? kalo dihitung secara penanggalan kalender si, ini adalah H-17. 17 hari lagi!! Well, dan undangan masih berada di tempat antah berantah antara Purbalingga-Jakarta *Ya Allah, semoga paket itu sampai dengan selamat.. aamiin...

Dan kesibukan selanjutnya akan menyusul setibanya paket itu sampai di tangan: melabeli dan mengirimnya. Semangat, semangat! Paket, cepatlah kau datang. Penasaran sama fisik undangannya =P


*bukan undangan sebenarnya

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...