Rabu, 26 September 2012

Our New Life

Kami sudah pindah. Weekend kemarin. Hanya 2 hari

Kalau diingat-ingat, saya dan suami memang orang yang spontan. Sukanya ngelakuin apa aja tanpa banyak persiapan. Eh, ini benernya spontan atau males ya? Hihihi.. Jadi sudah sejak seminggu sebelumnya, ayah bilang kalau kita mau pindahan akhir pekan. Tapi, nggak ada yang kita lakuin sama sekali menjelang hari H. Packing? Boro-boro. Yang ada pulang kantor maen sama Raihan, trus tidur deh :p

Nah, kebetulan Eyangnya Raihan juga mau dateng ke Jakarta, pengen nengokin cucunya yang beberapa waktu lalu sakit melulu. Flu lah, batuk lah, demam lah. Dibela-belain Yangkung sama Yangti bolos dari sekolahan (keduanya masih ngajar) hari Sabtu dan Senin demi ketemu cucu satu-satunya.

Mereka berangkat dari Purbalingga hari Jumat malem, dan nyampe Sentiong Sabtu subuh. Waktu itu ayah lagi nginep di Cibubur. Jadi di rumah Sentiong cuma ada saya, Raihan, dan pengasuh Raihan yang disuruh tidur di rumah demi menemani saya :D

Kebetulan juga, udah dari beberapa hari sebelumnya, Yangti mewanti-wanti adek-adeknya (dua paman saya) buat bantuin pindahan. Dan mereka bakal dateng dari Ciledug ke Sentiong Sabtu pagi itu, sambil bawa mobil pick up. Sementara si ayah lagi di Cibubur tuh. Pas paman-paman saya nyampe, langsung tanpa ba bi bu pindahan dimulai. Apa yang bisa diangkut, diangkut duluan. Masalahnya, kontrakan kami penuh dengan barang-barang yang saya dan ayah kumpulkan selama 2 tahun. Gede-gede pula. Alamat bakal bolak-baliklah kami.

Jadi itu set meja ruang tamu, 2 lemari baju besar, lemari piring, rak TV, kulkas, mesin cuci, bed ukuran apa nggak tau, springbed tanpa ranjang, dan banyaaaaakkk printilan-printilan lain kami pack seadanya. Isi-isi lemari dikeluarkan dan dimasukkan ke wadah yang ada. Entah ke tas, koper, kardus, kantong plastik besar, bahkan ada yang dibuntel-buntel doang di sprei. Hahaha. Yang paling banyak itu baju sama buku. Kalau baju-baju kami masukkan ke koper, tas-tas, kantong kresek tempat sampah yang guede itu, sama dibuntel-buntel di sprei---buku-buku kami masukkan ke ember-ember besar, dan ke kardus bekas kulkas. Kebayang dong hebohnya kayak apa.

Raihan kayaknya bingung juga ngeliat rumahnya super berantakan gitu. Dia sementara kami ungsikan ke kamar depan, di sana digelar kasur lantai yang biasa dia pakai. Sama bantal-bantal. Sementara ruangan lainnya parah keadaannya :p

Ayah dateng dari Cibubur sekitar jam 9an. Waktu itu, kloter pertama barang-barang lagi diangkut ke rumah baru. Karena dua paman saya nggak tau alamat rumah kami, Yangkung pun ikut ke Cibubur. Eh malah katanya sempet nyasar di sana, hahaha.. Di perempatan Plasa Cibubur mereka belok kanan. Begitu udah jalan, katanya Yangkung heran karena jalannya semakin lama semakin ngampung. Dan akhirnya mereka puter balik. 

Siang itu juga, setelah 2 kali pengangkutan barang, saya, ayah, Raihan, Yangkung dan Yangti ikut pindahan. Barangnya belum habis boookk, masih banyaak. Tapi kami putuskan untuk nyicil besoknya lagi (hari Minggu). Kami naik mobil baru --yang tak baru lagi, karena belinya second-- sementara motor dibawa ke Cibubur sama adek sepupunya ayah yang dipanggil buat ikut bantu-bantu.

Hari Minggu, cuma saya sama ayah aja berdua yang balik ke Sentiong buat ngambil barang-barang yang belum keangkut. Dan pas nyampe. Ternyata masih buanyaaakkk. hahahahaa. Barang-barang itu udah dirapiin sama Ibu pengasuhnya Raihan yang kemaren belum ikut ke Cibubur. Dan nggak bisa keangkut semua lagi dong. Ya udah lah, sebisanya aja. Habis itu balik lagi ke Cibubur setelah sebelumnya beliin tiket kereta buat Yangkung sama Yangti yang mau pulang hari Senin pagi.

Senin pagi tiba. Keributan dimulai.
Mana baju, mana sepatu, mana kaos kaki?? Mana, mana, mana???!!
Kami belum merapikan rumah. Barang-barang masih di kardua, di buntelan sprei, di koper, dimana-mana. 
Rencana berangkat jam 5 pagi pun gagal. Dan kami baru siap jam setengah 6. Setengah 6 lewat kami berangkat dari Cikeas. Dan oh, siapa suruh berangkat siang di hari Senin. 

Kami terjebak macet sodara-sodara. Bapak sama Ibu sampe pasrah ketinggalan kereta. Jam setengah 9 kami sampai di stasiun Senen, padahal jadwal kereta jam 08.20. Hiks! Beneran ketinggalan deh. Akhirnya Bapak Ibu beli tiket lagi buat naik kereta jam setengah satu siang. Dan mereka pun menunggu di stasiun dari jam setengah sembilan itu T_T

Sementara saya? Ya jelas telat dong. Sampai di kantor jam 08.45. Padahal hari Senin waktunya rapat direktorat. Daripada ketauan telatnya, mending nggak ikut rapat sekalian. Ayah? Ayah nyampe kantornya di Mega Kuningan sejam kemudian. 

Hari berikutnya, Selasa, kami mencoba memperbaiki diri. Meniatkan diri untuk berangkat lebih pagi lagi. Yaah..jam 5 pagi lah kurang lebih. Tapi ternyata rencana tinggal rencana. kami berangkat jam setengah 6 lagi. Tapi Alhamdulillaaaahh...sampe di kantor jam 7 pagi. Pagi ini pun berangkat dari rumah jam setengah 6, nyampe kantor jam 07.07. Ternyata memang benar, hari Senin kita butuh effort lebih biar nggak terjebak sama yang namanya macet. 

Ceritanya segitu dulu aja deh. Sebenernya pengen cerita banyaaak. Soal kendaraan yang saya pake kalo pulang kantor (soalnya pulangnya ga bareng suami), soal Raihan, pengasuh buat Raihan, renovasi rumah bagian belakang yang belum selesai, dan lain-lain. Tapi ada kerjaan euy. Kapan-kapan lagi yaaak ceritanya ;)




Rabu, 19 September 2012

Giveaway: Cotton On Slap It Watch

Udah tau blog keren satu ini kan? http://armantjandrawidjaja.wordpress.com
Siapa sih yang nggak tau Si Koko-yang punya anak lucu bin imut: Andrew sama Emma- ini
Ada Giveaway menarik di sana. Hadiahnya juga menarik!
Cuma sampe siang ini aja looh
Ayo buruan ikutan ^___^

klik aja di sini

Selasa, 18 September 2012

Dear love...


terima kasih...
karena telah melengkapi separuh agamaku
separuh hidupku

Happy second anniversary Cinta...
 
Pict taken from here



Sebab tanpamu, tak ada pernikahan bagiku...
(Sakinah Bersamamu, Asma Nadia)






Senin, 17 September 2012

Back

Kemarin habis diklat seminggu
Jadinya libur ngeblog
Akhir minggu ini, insya Allah, mau pindahan rumah

Wuaaa.. Pindaaahh!!
Hiks, gimana sih rasanya ninggalin rumah yang udah 2 tahun ditempatin?
Sedih campur seneng...

Oiya, kemaren juga sempet ambruk
Hari terakhir diklat padahal, hari Jumat, malah demam + pusing kepala, akhirnya ga berangkat diklat. Muntah-muntah pula..
Fiuuhh..
Alhamdulillah Sabtu udah baikan

Next, semoga semuanya lancar
Aamiin..aamiin..

*masih pertengahan September
*lagi males nulis panjang-panjang


Rabu, 05 September 2012

(Quick update) 5 September 2012

Kemarin, sempat bilang seperti ini ke suami: "Yah, baru awal September. Tapi udah pengen September cepet-cepet abis aja.."

Ya, baru 5 hari memasuki September, tapi rasanya sudah lelaahh. So many things happens in these few days.

Yang pertama, Alhamdulillah..Renovasi rumah sudah dimulai. Memang kami ambil perumahan yang sudah siap huni di Cibubur Country. Tapii, rumahnya keciill. Cuma ada 2 kamar tidur, 1 toilet, dan ruang tamu (atau ruang serbaguna ya? hehehe). Jadi, kami putuskan untuk merenovasi bagian belakang rumah mungil kami itu. Rencananya akan dibangun dapur dan ruang keluarga. Plus-plus. Plus taman kecil, plus bangun tembok keliling, plus ini, plus itu. Rencana buwesaaarr, budget minim. Heheheh. Saya serahkan saja ke suami deh kalau itu. Nggak mudeng bangun-bangunan je. Tapi tetap semua-muanya dirundingkan dulu ya. Ini mau jadi ruang apa, kayak gimana, pintu dimana, jendela dimana. Cuma kalau detailnya, saya nggak terlalu fanatik. Nggak harus pake ini, nggak harus pake itu. Sadar diri lah, low budget gitu. Jadi yang penting jadi, aman, dan layak ditempati.

Eh malah kemaren weekend pas kami ke sana lagi, ada beberapa bagian rumah yang perlu perbaikan. Tembok retak, pintu ga bisa dibuka. Complain lah kami ke developer. Padahal hari itu juga para tukang sedang jalan dari Temanggung ke Jakarta. Kami memang ga pake jasa pemborong karena biayanya yang ga masuk kantong. Jadi semua dikerjakan sendiri. Termasuk bawa tukang dari kampung. Nah, berdasarkan perjanjian itu:
-garansi rumah berlaku 3 bulan semenjak serah terima
-garansi berlaku selama belum dilakukan renovasi terhadap rumah bersangkutan
Poin satu masih masuk. Karena kami ambil rumah bulan Juni, jadi sampai September ini kami masih dapat garansi. Poin dua? Itu yang jadi masalah. Kami sudah mau memulai renovasi. Tukang sudah di jalan. Ga mungkin dong memulangkannya lagi. Butuh biaya tambahan. Akhirnya, setelah nego dengan pihak yang berkepentingan, kami diperbolehkan membangun bersamaan dengan perbaikan rumah (yang dilakukan pihak developer). Alhamdulillah..

Beralih dari masalah rumah. Awal bulan ini dibuka dengan sakitnya Raihan. Batuk pilek yang menyebabkan demam. Hari Jumat, saya ijin pulang kantor lagi setelah absen, demi membawa Raihan berobat ke RS. Mau nanyain perihal pileknya. Sepulang dari sana, obat tidak saya minumkan karena saya rasa masih belum diperlukan. Masih bisa dijemur-jemur aja. Sabtu pagi, saya dan ayah ke Cibubur. Raihan ditinggal di rumah dengan pengasuhnya. Sampai Minggu sore, semua masih baik-baik saja. Menjelang Maghrib, Raihan sudah tidur.

Masuk waktu Isya' Raihan bangun. Dan kagetlah saya. Badannya panas. Setelah dicek dengan thermometer, suhunya 38 derajat celcius. Lumayan tinggi, tapi masih belum perlu obat. Saya kompres-kompres saja dengan air hangat. Jam sepuluh, kami pun beranjak tidur. Saya bangun jam setengah satu malam dan kembali mengecek badan Raihan yang rasanya semakin panas. 39 derajat. Panik. Belum pernah Raihan demam setinggi itu. Karena tidak sedia obat di rumah, saya atasi dengan kompres. Terus sampai jam setengah tiga pagi. Lalu suami bilang, "Bunda tidur aja.." Dan tidurlah saya dengan galau.

Menjelang subuh saya bangun dan cek lagi suhu tubuh Raihan. 39, 5 derajat celcius. Oh! Panik-panik! Pagi itu, kami langsung siap-siap pergi ke rumah sakit lagi. Jam tujuh kami sudah sampai di RSIA Tambak. Dokter anak belum datang, hanya ada dokter jaga di UGD. Sebenernya pengen nungguin sampai dokternya dateng. tapi kok lama, baru jam 9 nanti datengnya. Akhirnya kami periksakan Raihan ke UGD. Pulang bawa obat. Hari itu saya ambil cuti.

Sampai sekarang Raihan masih minum obat pileknya. Demamnya sudah berangsur-angsur turun. Anaknya sudah ceria lagi, biarpun waktu sakit kemarin dia juga sama sekali nggak rewel. Huhuhuu.. *peluk-peluk Raihan. Pelajaran moral dari cerita ini: selalu sedia obat-obatan untuk anak di rumah! Minimal obat turun panas, batuk, pilek, plester, kompres, dst dst.. Bener-bener ini pengalaman baru yang memberikan pelajaran buat saya. Walaupun anti obat, sebisa mungkin si kecil sembuh tidak dengan obat, tapi persediaan itu PENTING! Kayak nggak inget aja kalau di rumah orang tua sana juga ada kotak P3K. Huhuhu... *toyor diri sendiri

Selain Raihan yang sakit, ayah-bundanya juga sakit! Batuk-pilek-radang. Flu dan kawan-kawannya deh. Tapi sepertinya memang dimana-mana orang sedang terserang virus ini. Di kantor juga gitu. Sudah banyak korbannya. Perlihan musim kali ya..

Yang bikin galau lagi adalah.tentang rencana-rencana dan keinginan yang bikin pusing kepala. Duuhh...

Akhirnya cuma bisa berdoa:
Ya Allah, semoga September ini berjalan dengan baik-baik saja
Lancarkan dan mudahkan segala urusan kami Ya Rabb..
Aamiin...
:)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...