Senin, 25 Juni 2012

Weekend luar biasa

Cuma mau bercerita tentang acara weekend kemarin yang seru abis, hehehe..

Jadi ceritanya, sabtu itu, kami sekeluarga--saya, ayah, Raihan, Eyang Kakung dan Eyang Uti yang lagi main di Jakarta--berencana untuk mengunjungi calon rumah kami nanti di Cibubur. Eyang pada penasaran, karena dari awal saya dan suami cari rumah itu, mereka belum pernah liat rumahnya. 

Setelah pergulatan pagi hari: mandiin Raihan, sarapan, mandi-mandi, berangkatlah kami berlima naik taksi ke Cibubur. Yah, karena belum punya mobil, jadi kemana-mana naik taksi  deh. Dari kontrakan jam setengah sebelas, nunggu taksi sekitar lima belas atau dua puluh menit, lalu berangkatlah kami dengan riang gembira *maklum, nyaris tidak pernah ngajak Raihan jalan-jalan :D

Sampai di Cibubur sekitar jam 12an. Dan taksi pun balik lagi setelah mengantar penumpangnya, meninggalkan kami di dalam kompleks perumahan yang jauh dari jalan raya. Eyang Kakung dan Eyang Uti excited sekali melihat-lihat sekeliling. Sambil berangan-angan nanti ini mau dibangun apa, seperti apa, dan lain sebagainya. Maklum, rumahnya mungil sekali, tipe kecil, hanya 47. Dapurnya saja masih di luar rumah. Jadi nanti sebelum ditempati akan direnovasi sedikit. Alhamdulillah, tanahnya lumayan luas, jadi masih bisa dikembangkan suatu hari nanti :D

Awalnya Raihan santai-santai saja. Enjoy menikmati pemadangan sekitar. Tapi lama-lama dia mulai rewel. Akhirnya kami ganti diapersnya. Masih saja rewel. Sepertinya capek. Biasa dibebaskan bermain di kasur, saat itu digendong terus-terusan. Akhirnya, jadilah dia kami tidurkan di lantai keramik rumah belum dihuni yang masih kotor! Tentu saja dengan alas kain perlak, jarik, dan segala macam. Rencana mampir ke rumah kakak ipar pun gagal sudah. Takutnya nanti Raihan kelelahan. Jadi kami putuskan untuk menelpon taksi saja, sekalian mengetes apakah sopir taksinya bisa menemukan alamat rumah tersebut :D

Menit demi menit berlalu, taksi yang dinanti-nanti tidak kunjung tiba. Setelah dikonfirmasi..oalaaahh ternyata nyasar. Ke perumahan yang namanya hampir mirip. Akhirnya setelah ditunggu lagi, sampailah taksi itu di depan rumah kami, sambil diantar satpam kompleks. Kata sopir taksinya, saat dia bertanya ke satpam, satpamnya kekeuh bilang kalau rumah itu belum ada penghuninya, hihihi..

Baiklah, perjalanan pun dilanjutkan lagi. Kali ini dari Cibubur ke Senen. Waktu itu pukul setengah dua, dan kami belum sholat maupun makan siang. Kami putuskan untuk menjamak sholat, dan makan siang di rumah saja nanti. 

Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak (bener nggak tuh peribahasanya?) tol macet saudara-saudara. Padahal weekend lhoo, iya weekend! Kok masih macet juga? Dan di tengah kemacetan jalan tol itu, saat sebuah taksi lewat di sebelah kiri kami, sang sopir mengeluarkan kepala dari jendela mobilnya dan menunjuk-nunjuk ban mobilnya sendiri, sambil berkomunikasi dengan sopir taksi kami. Saat itu saya sudah tak enak hati. Benar saja, tak lama kemudian: "Bannya kempes Pak, mau dicek dulu ya.." Dan berhentilah kami di tepi jalan tol. Belum cukup sampai di situ, ternyata bannya harus diganti. "Bisa turun dulu Pak, Bu?" Howalaahh, kasihan Raihan.. Panas-panas. Untung, tepi tol itu rindang penuh pepohonan. Akhirnya Raihan yang tadinya sudah tidur, digendong Eyangnya jalan-jalan di luar. Saya? Tetap di dalam mobil. Dasar nggak setia sama keluarga!

 Tragedi ban kempes di jalan tol. Lihat argonya :p
Ayah! Malu-maluin aja ih, kayak orang ilang!
Raihan digendong di tepi jalan. Untung rindang banyak pepohonan :D


Akhirnya, setelah 20 menit, proses ganti ban pun selesai. Semua orang masuk mobil lagi. Perjalanan dilanjutkan kembali. Dan masih macet! Raihan aja sampai pusing liat kemacetan Jakarta. Hingga akhirnya, dia mulai rewel. Baiklah, saatnya Raihan mimik. Diam sejenak. Tak lama kemudian, rewel lagi. Ganti posisi gendongan. Lumayan diam. Rewel lagi. Mimik lagi. Sampai akhirnya, dia bisa tertidur juga setelah sekian waktu.

Sembari berdoa dalam hati supaya Raihan tidak terbangun dulu, saya mencoba menikmati perjalanan. Rasanya lamaa sekali sampai akhirnya kami keluar tol juga di Cempaka Putih. Dan keluar tol di sana ternyata pilihan yang salah. Karena lagi-lagi menemui kemacetan di rel kereta api Senen. Selain itu, saya mulai mual, ingin muntah. Maag sepertinya.

Finally, yah finally, kami sampai juga di Kramat Sentiong. Saat akhirnya kami turun dari taksi, semua berucap Alhamdulillah, termasuk sopir taksinya. Sampai di rumah jam 4 sore. Langsung Raihan kami tidurkan di kasur. Kasihann, kasihaann.. :(

Begini ya nggak-enaknya-nggak-punya-kendaraan sementara anak masih kecil mungil. Kalau untuk saya atau suami, sama sekali bukan masalah. Tapi kalau mau bawa Raihan keluar, itu yang jadi dilema. Doakan saja ya Nak. Semoga ayah sama bunda punya rejeki lebih, jadi bisa beliin Raihan Grand Livina *hahaha..nggak tau kenapa ayah ngefans banget sama mobil ini* Jadi nanti kalau Raihan pergi-pergi, kita nggak bingung lagi. Oke Nak? Oke Bundaa... Anak pinterrr...


Jumat, 22 Juni 2012

Quote of the day



"Setiap orang punya masa lalu"

Titik.



Sebenernya pengen nulis itu aja sih..tapi kok nggak seru ya kalau nggak diterusin. Jadii, ada yang lagi nulis tentang mantan di lapak sebelah. Dan saya, entah kenapa, kalau denger kata mantan, bawaannya kok sensi ya? Hahahaa.. Ya udahlah, cuma mau nulis gitu doang. Nggak penting yaa? Emang kok. Geje ah. Mending mikirin bahan tulisan yang lain *tuh, sensi kan guwe?? :DD

Kamis, 21 Juni 2012

(Capturing moments) Balas jasa


 "Ayah, nanti kalau ayah udah tua, gantian Raihan yang jagain ayah bobok..."



Rabu, 20 Juni 2012

(Capturing Moments) Laki-laki sejati



Raihan: "Yah, laki-laki sejati itu seperti apa?"

Ayah: "Laki-laki sejati itu, sayang ayah sama bunda, rajin sholat dan ngaji, sama nggak merokok''

Raihan: "Aihan mau jadi laki-laki sejati Yah.. Bisa nggak ya?"

Ayah: "Kamu pasti bisa Nak.."

Raihan: "Doain Aihan ya Yah.."

Ayah: "Pasti"


Selasa, 19 Juni 2012

Family man



Itu yang terbersit di pikiran saya saat melihat big boss di kantor. Bagaimana tidak? Beliau sering rapat dengan menteri, para wakil rakyat, dan orang-orang penting lainnya. Tapi lihat apa yang dikerjakannya saat ada waktu senggang di kantor? Membuat slide presentasi Dharmawanita untuk isterinya!

Itu juga yang terbersit di pikiran saat mendengar cerita salah seorang rekan kerja. Ternyata selama ini suaminya yang mencucikan botol-botol kaca wadah ASIP.

Suami sendiri?

He is a family man in his own way

Bekerja sampai larut malam demi kehidupan yang lebih baik untuk anak-isteri, bukankah juga wujud seorang family man? Ah, hanya kadang saya sendiri yang belum mengerti pengorbanannya.


*tiba-tiba terharu




Kamis, 14 Juni 2012

Bahagia itu sederhana




...sesederhana melihat tawamu, sayang :)




Rabu, 13 Juni 2012

Breastfeeding time

Okay, since i have to supply breastmilk for my little Raihan, every day, i have to allocate little time for breastfeeding (apa sih bahasa Inggrisnya memerah ASI? haha). First time i try to pump, i only get about 10-20ml breastmilk. Make me down, for sure. But, as the time goes by, it becomes much more better. I can produce 100ml in half an hour. And now, i can get 100ml in only ten minutes. Alhamdulillah....

Since i dont use breastpump-i prefer to use my hands-it doesnt need many equipment for pumping. and this is my equipment for breastfeeding activity:

cooler bag, bottles, nursing apron, tissue, and handsoap *ignore that tissue box, not mine :p



Its me, wearing nursing apron given from my friend

And this is it, two bottles of breastmilk, its about 200ml
There are 3 empty bottles left in my bag, waiting to be filled

I usually bring 5 bottles filled with breastmilk, but this recent days, i add 1 more bottle in my bag. Its because Raihan drink more than before.

Okay, thats my story about breastfeeding. I also posted this before in multiply. Oya, I still learning to write in English, so sorry for many mistakes :p


Selasa, 12 Juni 2012

Seandainya

Tahun lalu, menjelang Ramadhan, ada wacana kalau suami akan/ingin (?) pindah kerja ke tempat baru. Waktu itu, kantor saya masih di depan Lapangan Banteng. Sementara (mantan) calon kantor suami, ada di depan jalan Senen Raya. Masih deket dengan Lapangan Banteng laah, sekitar 1 kiloan. Waktu itu juga, kantor saya sedang dalam wacana akan pindah. Dan kalau kami berdua jadi pindah, kantor kami berdua akan bersebelahan! Indahnyaaa, membayangkan akan bertetangga gedung dengan suami.

Satu tahun berlalu

Suami tidak jadi pindah. Dan Alhamdulillah, keputusannya saat itu terasa benar beberapa bulan kemudian. Rejeki tidak kemana.

Saya?
Gedung kantor jadi pindah. Tepat di sebelah (mantan) calon gedung suami. Sering saya bilang ke suami,

"Coba Ayah dulu jadi pindah. Kantor kita sebelahan"
"Nda bisa liat lobby gedung itu lho Yaah.. Kalo Ayah dulu jadi kesana, nanti Nda bilang: Hayoo, lagi ngapain tuh di depan??"

atau

"Nanti kita bisa makan siang bareng"
"Nanti kalo sore Nda telpon Ayah: "Yahh, pulang yuuk. Nda udah di lobby gedung ayah nih!"

Lalu jawaban suami pasti
"Untung Ayah dulu nggak jadi pindah"


Hahahaa..


Mantan calon gedung suami dilihat dari ruangan kantor


Senin, 11 Juni 2012

Perjuangan ASI kami (part I)


Dulu waktu awal kelahiran Raihan, sempat saya frustasi, stress karena ASI tidak kunjung keluar. Malam pertama Raihan di rumah (rumah eyangnya), dia menangis tiada henti. Sepanjang malam. Saat itu, saya masih dalam kondisi pemulihan sehabis melahirkan. Sementara ayahnya, terkapar nyaris tidak berkutik di tempat tidur, di kamar saya di rumah, kelelahan pasca mendampingi saya bersalin, dilanjut dengan kesibukan hari pertama menjadi ayah baru, dan kesibukan menerima banyak tamu di rumah sakit.

Karena ayah Raihan sakit, ibu meminta saya dan Raihan tidur di kamarnya saja. Akhirnya kami tidur bersama ibu. Malam itu Raihan menangis tiada henti. Ibu dan Eyang, yang kebetulan malam itu menginap (bapak dan ibu mertua juga ada, tapi mereka menginap di rumah saudaranya yang satu kampung dengan saya), bilang kalau dia haus. Raihan haus karena ASI saya tidak keluar. Down rasanya saat itu. Apalagi saya lelah. Saya ingin tidur. Sejaaamm saja. Tapi Raihan benar-benar menangis tiada henti. Ibu menyarankan, coba dikasih air putih. Saya jelas menolak. Bayiku..kasihan sekali dia harus minum air putih. Saya memang tidak menyediakan susu formula karena tidak ingin memberinya selain ASI.

Setelah bermacam usaha tidak juga membuat Raihan berhenti menangis, saya pasrah, Ibu dan Eyang pun akhirnya memberinya sendok berisi air putih. Setiap kali air itu disendokkan ke mulut mungilnya, dia diam. Mengecap-ngecap. "Tuh liat, Raihan haus. Kasihan sekali..." kata Ibu. Saya tak kuasa melihatnya. Raihanku, malam kedua kehadirannya, sudah minum air putih. Oohh...

Paginya, saya ngambek ke suami. Ngambek karena dia tidak ada di malam itu. Saya tahu, tidak seharusnya memarahinya. Dia juga sakit dan butuh perhatian. Tapi kelelahan dan kekecewaan malam itu membuat saya frustasi. Pagi itu, berdua dengannya yang mulai baikan, saya keluar mencari susu formula. Pagi itu, ya pagi itu, saya mengikhlaskan diri untuk membeli susu formula. Tapi cerita tidak berhenti sampai di sana.

Sepanjang perjalanan, di mobil, saya telpon ke bidan kenalan, sms kakak ipar yang berpengalaman, bertanya bagaimana caranya membuat ASI keluar. Mereka memberi banyak saran, termasuk merekomendasikan suplemen pelancar ASI. Dari saran bu bidan, saya diminta banyak makan kacang tanah. Bisa memperbanyak ASI dan membuatnya kental (tidak bening). Selain itu, saya juga disuruh minum susu Peptisol. Sementara kakak ipar saya merekomendasikan Molocco sebagai ASI booster. Karena saya sendiri sudah mendapatkan suplemen dari rumah sakit yaitu Asifit, saya tidak membeli suplemen lainnya. Tapi kami tetap mampir ke apotik dan membeli Peptisol, susu yang katanya bisa menambah produksi ASI. Setlah itu kami ke minimarket, membeli susu formula untun Raihan. Kami, tentu saja menginginkan semua yang terbaik untuk anak. Saya tanya kakak ipar, susu formula apa yang bagus, dan saya membeli seperti yang direkomendasikannya. Alhamdulillah..saya lega pagi itu.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Saya ternyata belum bisa menerima kalau ASI saya belum keluar dan Raihan harus minum sufor. Setiap saat dia menangis, saya tetap menyusuinya. Tapi saat tangisannya tak kunjung henti, saya serahkan dia ke Ibu, suami, atau ibu mertua. Mereka yang memberikan susu kepadanya. Setiap saat dia diberikan susu dengan menggunakan sendok, saya menyibukkan diri. Entah pergi kemana. Jangankan untuk menyuapinya sufor, melihatnya minum sufor saja saya tidak mau. Setiap kali suami menyerahkan sendok dan gelas berisi sufor, saya menolaknya keras-keras.

Puncaknya, saya merasa sedih, bersalah, marah ke diri sendiri. Saat Raihan menangis, dan disuapi sufor, saya ikut menangis. Sore itu, saya dimarahi semua orang. Ibu saya, dan juga ibu mertua. Beragam nasihat mereka keluarkan. Saya hanya menangis di atas tempat tidur. Akhirnya mereka marah. Marah karena saya bandel, tidak mau dinasehati. "Nanti kalau kamu nangis terus, malah ASInya jadi nggak keluar!" kira-kira begitulh intinya. Suami hanya memeluk, bilang agar saya ikhlas. Stop menangis. Nggak apa-apa Raihan minum susu formula dulu, nanti kalau ASInya keluar, susu formula itu tak akan disentuh lagi. Sore itu mata saya bengkak. Sore itu Raihan menangis, dan saya diam saja di dalam kamar, dalam hati berkata, "Biar Raihan mau dikasih minum susu formula saja!" tapi suami menegur dan saya pun bangkit. Kasihan sekali Raihan.


Raihan, usia 2 hari, kekenyangan susu formula :)

Malamnya, saya coba berkompromi dengan suami. Saya bilang, tidak perlu kita beri Raihan susu formula. Untuk bayi seumurannya yang hanya beberapa hari, tidak butuh minum banyak-banyak karena ukuran lambungnya masih sangat kecil. Tapi yang terjadi, suami malah memarahi saya. Dia membentak saya dan bilang, " Mau Raihan kelaparann??!! Nda mau, anak ayah kenapa-kenapa???" setelah itu dia pergi meninggalkan saya di kamar depan sendirian (karena sedang flu, saya tidak tidur di kamar dengan Raihan. Raihan tidur dengan ayahnya dan ibu mertua). Malam itu saya menangis lagi.

Saya merasa begitu tertekan. Dalam kondisi itu, saya mencoba berpikiran positif, menenangkan diri. Saya takut, ASI semakin tidak keluar. Saya sungguh takut. Sempat saya curhat dengan beberapa orang saat itu, sekedar meringankan beban pikiran *terima kasih yang sudah mau mendengarkan keluh kesah waktu itu :)

Pada akhirnya, Raihan bebas dari susu formula. Saya lupa, berapa hari dia sempat mencicipi susu formula. Mungkin, sekitar 4-5 hari. Tapi itupun tidak sampai 50ml. Dia minum hanya sekali waktu, saat tangisannya tidak cukup dihentikan dengan ASI. Setelah itu, sampai saat ini, Raihan full ASI.


***

Alhamdulillah, walaupun pada awal-awal kelahiran Raihan, ASI sempat tidak keluar, tapi semakin lama, produksi ASI saya semakin meningkat. Supply berbanding lurus dengan demand. Yup, its really true! Makanya saya sangat bersyukur, sampai usianya yang 3 bulan lebih ini masih bisa memberi Raihan ASI. Sedih rasanya kalau membaca cerita para ibu yang tidak bisa memberi anak-anaknya ASI, padahal mereka pengen! Tapi, masing-masing anak punya jatahnya masing-masing. Sebagai Bunda, saya hanya perantara. ASI adalah makanan yang dititipkan Allah pada saya untuk diberikan kepada Raihan. Setiap waktu, saya berdoa, semoga saya diberikan ASI yang cukup. Cukup untuk menyusui Raihan sampai usianya 2 tahun nanti. Semoga ya Allah.. Aamiin...



LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...