Cinta, terima kasih karena
telah hadir dan mewarnai hidup Bunda
Walau hanya sebentar saja...
Terima kasih
karena kau telah memberikan
Bunda kesempatan
mencicipi nikmatnya keajaiban bernama kehamilan
mencicipi nikmatnya keajaiban bernama kehamilan
Walau hanya sebentar saja...
Aku membuka mata, lalu menutupnya lagi. Ngantuk. Kubuka mata lagi. Mencoba
membukanya lebar-lebar. Samar lalu semakin jelas, tampak suamiku duduk di
sampingku. Kulirik jam dinding. Sudah satu jam berlalu sejak aku terakhir
melihatnya.
Tak lama kemudian Ibu Dokter yang menanganiku datang.
“Udah siuman,” katanya sambil tersenyum. Kucoba membalas
seyumannya.
”Saya masih bisa hamil kan
Dok?”
”Ya bisalah Buu. Bisa banget,” dia tersenyum lebar, “Ya udah, saya pamit dulu ya Bu.. Ibu nanti
udah boleh langsung pulang,”
“Makasih Dok..”
Tinggal kami berdua di ruangan
itu. Kupikir aku sudah tegar, tapi
demi melihat suamiku di sana, entah kenapa air mata ini keluar, deras dan
semakin deras. Laki-laki itu hanya memegang tanganku sambil memaksakan senyum.
***
Pagi itu, aku bangun dengan bersemangat. Ini pagi yang kutunggu. Sudah
beberapa hari belakangan aku punya feeling kalau aku hamil. Pagi ini aku akan
tes kehamilan menggunakan testpack.
Segera kutuju kamar mandi. Tak lama kemudian, aku heboh membangunkan suami.
POSITIF! Rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Takjub, panik,
khawatir, tapi yang paling dominan: bahagia. Rasa-rasanya aku tak bisa berhenti tersenyum hari itu. Suami juga demikian.
Kami adalah pasangan paling bahagia.
Weekend adalah saat memeriksakan
diri ke dokter kandungan. Alhamdulillah, kantong kehamilan sudah terlihat,
walaupun belum tampak isinya. Kami
pun membuat janji pertemuan yang selanjutnya dengan Ibu Dokter.
Suami yang senang karena isterinya hamil, memberitahu temannya di kantor
tentang kabar bahagia itu. Dan dua orang sahabat perempuannya berbaik hati
memberikan oleh-oleh untuk dibawa ke rumah. 2 kotak susu hamil merk berbeda
untuk dicicipi, dan majalah ayahbunda edisi ”9 Bulan yang Menakjubkan”.
gambar diambil dari sini |
Sebelum hamil, aku sudah mengenal
ayahbunda. Baik tabloid maupun
websitenya. Tapi baru tau saat itu kalau ada majalah ayahbunda edisi kehamilan.
Saat majalah itu sampai di tangan, kubolak-balik semua halamannya. Tak satupun
terlewatkan.
Majalah itu menjadi panduan kehamilanku. Apa makanan yang sehat untukhamil, apa yang sebaiknya dihindari. Olahraga apa yang diperbolehkan untuk ibuhamil, apa yang tidak. Bagaimana hubungan suami isteri saat hamil. Bagaimana cara melakukan senam hamil. Keluhan apa saja yang mungkin muncul saat hamil.
Semuanya lengkap. Dari awal kehamilan, sampai masa melahirkan. Dari A sampai Z.
Termasuk bagaimana menghadapi kehilangan apabila kita kehilangan buah hati yang dikandung.
Bagian paling favoritku tentu saja adalah tahapan perkembangan janin dari
minggu ke minggu. Setiap kali membuka majalah itu, setiap kali kubaca lagi dan
lagi halaman tentang perkembangan janin. Membayangkan bahwa seperti itulah yang
sedang terjadi di dalam rahimku. Amazing!
gambar diambil dari sini |
Tapi... keajaiban kecil itu tidak
berlangsung lama. Pada suatu pagi yang cerah, saat itu weekend. Aku dan suami
sedang beraktivitas di luar ruangan, ketika tiba-tiba saja aku perdarahan
spontan. Sontak aku dan suamiku segera menuju ke rumah sakit. Sayang, janin
kami tidak dapat diselamatkan. Dia telah pergi.
***
Tiga bulan berlalu. Kuambil majalah ayabunda dari atas lemari pakaian kami.
Waktu itu aku melihat suamiku meletakannya di sana. Mungkin ingin
menyembunyikannya dari isterinya yang sedang memulihkan diri pasca keguguran. Kubuka
kembali lembar demi lembarnya. Aku tidak sedih lagi, sungguh. Apalagi
Allah telah mengganti kehilanganku yang kemarin. Ya. Aku telah hamil lagi.
Alhamdulillah…
***
Raihan, begitu aku menamakan malaikat kecilku, sudah berusia tujuh bulan
sekarang. Sejak awal kehamilan sampai menjelang kelahirannya, Ayahbunda selalu
menemaniku. Menjadi panduan ketika aku hamil dan jauh dari orang tua. Menjadi
sahabat setiaku kala aku dan suami harus LDR karena aku menginginkan untuk
melahirkan di kampung halaman. Terima kasih Ayahbunda. Terima kasih karena
telah menemaniku di dua kehamilanku.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba menulis blog "Aku dan ayahbunda"
Selamat ulang tahun yang ke-35 untuk Ayahbunda. Terima kasih karena telah menjadi partner setia para ayah dan bunda selama 35 tahun ini. Semoga Ayahbunda semakin suksess! ^_^
selalu ada yg indah di balik semua musibah :)
BalasHapusiya Fil
HapusTinggal kitanya bagaimana, bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa atau tidak *sok bijak banget deh gue :p
gemes ama raihan! lucu banget!!! :D
BalasHapusUsia segitu emang lagi lucu-lucunya kalo kata orang :D
Hapusaihaaan..
BalasHapusayo maen sama mas fayyadh
sayang jauuhh :D
Hapuswaa lucu banget yaa raihan ...pengen cubit pipinya :)
BalasHapusjangan cubit, towel ajah :D
Hapussame story
BalasHapuspernah merasakan hal yang sama :'(
tp setiap kisah selalu ada hikmah
jadi pelajaran sgt berharga buat kami
salam bwt mas raihan ya ndi :)
moga jd anak sholih dan sehat selalu...
Iya Kak Ira
HapusPengalaman ini memberikan pelajaran sangat berharga
Pas kehamilan yang pertama ini masih amat sedikit pengetahuan ttg kehamilan
Setelah mengalami keguguran, aku jadi banyak belajar :D
Aamiinn..
Salam juga buat Dedek Arkan lucu :-*