Rabu, 16 Januari 2013

Waspada Penyakit 'Ain


Suatu kali dalam percakapan dengan Ibu saya via telepon, beliau menanyakan keadaan cucu satu-satunya, bagaimana perkembangannya, sudah bisa apa, dan lain sebagainya. Saya menjawab dengan biasa saja, mengatakan kalau Raihan sudah bisa ini, itu, dst. Hingga tiba-tiba Ibu menyudahi dan bilang tidak usah cerita seperti itu lagi (kondisi Raihan yang saya ceritakan saat itu). Tentu saja saya bingung. Saya tanya kenapa, kan yang saya bilang yang baik-baik? Ibu tetap kekeuh bilang supaya saya jangan mengulanginya lagi, tanpa menjawab pertanyaan kenapa tadi.

Saya juga ingat, suatu hari saat saya sekeluarga sedang mudik di kota kelahiran suami, malam itu kami sedang ingin jajan di luar. Saya, suami, Raihan, dan Ibu mertua keluar rumah sekitaran ba'da maghrib. Tujuan kami ingin mencari jajan (makan malam). Awalnya hanya keluar desa saja, tapi karena tidak kunjung menemukan sesuatu yang menarik hati kami pun menuju ke pusat kota. Di suatu tempat jajan, setelah menentukan menu, suami saya pergi untuk memesannya sementara saya, Raihan, dan Ibu menunggu saja di mobil. Ternyata tempat yang dituju suami adalah sebuah warung kaki lima yang ramai dan karenanya kami harus menunggu lama. Sementara menunggu itu saya menggendong-gendong Raihan supaya dia tenang tidak menangis. 

Setelah pesanan selesai, kurang lebih satu jam kemudian, kamipun pulang kembali ke rumah. Raihan tidur di jalan. Sampai di rumah,  tak berapa lama setelah Raihan ditidurkan di kasur, tiba-tiba saja dia bangun dan menjerit-jerit. Disusui tidak mau, dia terus saja menangis kencang. Oleh Bapak dan Ibu, kami disuruh mengganti semua bajunya, lalu setelah itu Bapak membacakan doa untuk Raihan. Tak berapa lama, Raihan pun mau menyusu dan dia pun tertidur lagi.

Sampai sekarang saya dan suami masih bingung penyebab kenapa Raihan menangis tiba-tiba. Dulu kami pikir, mungkin Raihan kelelahan karena malam-malam di waktu tidurnya dia diajak keluar. Mungkin Raihan tidak enak badan. Kami bahkan berpikir mungkin juga ada 'sesuatu' yang mengikuti atau mengganggu Raihan. Sekarang setelah mengetahui tentang adanya penyakit 'ain, saya berpikir, mungkin saja waktu itu Raihan terkena 'ain.

Saya sendiri baru kemarin tahu tentang penyakit ini. Sebelumnya, saya belum pernah mendengar atau diberitahu tentang adanya penyakit 'ain, hingga kemudian saya membaca artikel yang sebelumnya dibaca oleh Teh Anty di facebook. Saya lupa sumbernya (dan tidak bisa buka facebook), jadi tidak bisa mempostingnya di sini. Tapi saya ingat sekali itu adalah tentang penyakit 'ain.



Penyakit ‘ain atau pandangan mata adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang dianggap menakjubkan disertai dengan rasa dengki, sehingga mengakibatkan bahaya terhadap yang dipandangnya. Ain juga dapat terjadi dari pandangan yang penuh kekaguman tanpa disertai rasa dengki, bahkan bisa terjadi dari orang yang shalih. Sebagaimana pernah terjadi pada sahabat Nabi, Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain dari sahabat yang lain, yaitu Amir bin Rabiah.
Berkata ibnu hajar : “Sebagian orang ada yang kurang dapat memahami penyakit ‘ain ini, sehingga mereka bertanya: Bagaimana ‘ain bisa bereaksi dari jarak jauh sampai mengakibatkan kemudharatan bagi pada oaring yang terkena ‘ain?”
Banyak orang yang langsung jatuh sakit hanya sekedar di lihat dan kekuatan tubuhnya melemah. Semua itu terjadi melalui efek yang Allah jadikan didalam ruh. Dan karena ruh itu berkaitan erat dengan mata maka perbuatan (menyebabkan sakit) itu dinisbahkan kepada mata. Pdahal ukan mata itu sendiri yang memebrikan efek. Yang memberikan efek itu tidak lain adalah ruh. Jadi yang keluar darimata orang yang menyebabkan  penyakit adalah ‘ain  adalah seperti boomerang yang tidak nampak oleh mata.
Jadi yang keluar dari ‘ain adalah penggambaran kata kata dari penjabaran apa yang dilihat oleh mata, baik diiri dengan hati dengki, atau kekaguman yang tanpa rasa dengki dalam hati, namun tidak diiringi dnegan dzikir kepada Allah, sehingga setan menyerang terhadap apa yang menjadi penggambaran tadi.

Siapa saja yang bisa menimpakan penyakit ‘ain?
Diantaranya orang yang berhati jahat dan orang yang berhati baik
Bagi orang yang tidak beriman kepada takdir Allah SWT, dalam keadaan keimanan yang amat lemah, sangatlah dekat sebuah kedengkian (hasad) kepada saudaranya yang diberikan nikmat oelh Allah SWT, dan sangat inginnya ia melihat kenikmatan itu hilang dari sadaranya tersebut . sehingga keluarlah ucapan-ucapan yang menyebut nikmat saudaranya itu tanpa disertai berdzikir kepada Allah SWT , tanpa mendoakan kebaikan kepada orang tersebut, lalu setan pun menyambar apa apa yang menjadi penggambaran mata melalui kata kata.kemudian dengan sengaja menyakiti fisik dan anngota badan yang terkena ‘ain menyempitkan hati dan rasa takut. Bagi yang hatinya baik ,saat setan menyambar ucapan-ucapan penggambaran tadi, ketika itu ‘ain yang terjadi hanya sekedar menggangggu saja, dan dengan izin Allah SWT, ia mudah diobati. 

Tanda-tanda terkena ‘ain 
Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya.

Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata, “Pada suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,
“Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ‘ain?” (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304).

Begitu pula hadits Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma’ binti Umais, “Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma menjawab, “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain”. Beliau berkata, “Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi)
Mencegah kejahatan 'ain

Dan Nabi ‘alaihish-shalaatu wa sallam telah memberikan petunjuk kepada jalan yang paling ideal untuk mencegah kejahatan ‘ain ketika seorang manusia melihat sesuatu yang membuatnya takjub. Dan kami akan menyebutkan jalan keluar ini, setelah kami sebutkan kesalahan yang terjadi pada kebanyakan manusia pada hari ini. (Yaitu) ketika melihat sesuatu yang membuatnya takjub, maka mereka bersegera untuk mengucapkan beberapa perkataan, diantaranya :
a.     Maa syaa-Allah.
b.     Tabaarakallaah.
c.      Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad.
d.     Maa syaa-Allah laa quwwata illaa billah.
e.     Tabaarakar-Rahmaan.
Semua perkataan ini tidaklah benar penggunaannya untuk menolak kejahatan ‘ain. Ibnu Maajah meriwayatkan dari Abu Umaamah bin Sahl bin Hunaif, ia berkata :
مر عامر بن ربيعة بسهل بن حنيف ، وهو يغتسل فقال : لم أر كاليوم ، ولا جلد مخبأة فما لبث أن لبط به ، فأتي به النبي صلى الله عليه وسلم فقيل له : أدرك سهلا صريعا ، قال " من تتهمون به " قالوا عامر بن ربيعة ، قال : " علام يقتل أحدكم أخاه ، إذا رأى أحدكم من أخيه ما يعجبه ، فليدع له بالبركة " ثم دعا بماء ، فأمر عامرا أن يتوضأ ، فغسل وجهه ويديه إلى المرفقين ، وركبتيه وداخلة إزاره ، وأمره أن يصب عليه
“‘Aamir bin Rabii'ah pernah melewati Sahl bin Hunaif, dan dia waktu itu sedang mandi. Maka Aamir berkata : ‘Aku belum pernah melihat sesuatu seperti hari ini, dan tidak pula kulit seorang gadis yang dipingit. Tidak lama kemudian Sahl terjatuh. Kemudian dia dibawa kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu dikatakan kepada beliau : “Sahl telah terjatuh/pingsan”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapakah diantara kalian yang patut disalahkan/dicurigai dengan hal ini?”.  Mereka menjawab : “’Aamir bin Rabii'ah”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Atas dasar apa salah seorang dari kalian ingin membunuh saudaranya?. Jika salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, hendaklah ia doakan baginya dengan keberkahan”. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam minta diambilkan air, dan memerintahkan ‘Aamir bin Rabii'ah untuk berwudhu. Lalu ia (‘Aamir) pun membasuh wajahnya, kedua tangannya sampai kedua siku, kedua lututnya, dan bagian dalam sarungnya. Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya air bekas wudlunya tersebut untuk dinyiramkan kepada Sahl”.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan arahan pada siapa saja yang  melihat sesuatu yang membuatnya takjub agar mendoakan baginya keberkahan. Al-Munaawiy berkata :
بأن يقول اللهم بارك فيه
“Yaitu agar berkata : Allaahumma baarik fiihi (Ya Allah berikanlah keberkahan padanya)”.
 
Dan dalam keadaan jika terjadi ‘ain, obat yang disyari'atkan untuk digunakan adalah :
 
1. Membaca Doa
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Tidak ada ruqyah melainkan jika terkena ‘ain atau bisa". Dahulu malaikat Jibril meruqyah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka Jibril mengatakan : Bismillaah urqiika min kulli syai'in yu’dziika, min syarri kulli nafsin au ‘ainin haasidin, Allahu yasyfiika, bismillah urqiika (Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menganggumu, dan dari kejahatan setiap jiwa, atau kejahatan ‘ain yang hasad, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu) 
 
2. Mandi
Sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan ‘Aamir bin Rabii'ah dalam hadits yang terdahulu, kemudian menuangkannya pada orang yang tertimpa ‘ain (untuk lebih jelasnya silakan lihat di sini)
 
Sebagai penutup, saya copy paragraf berikut dari muslimah.or.id
 
Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain memiliki pengaruh sangat besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak berlebihan sesuai dengan apa yang dikhabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.

sumber:
1. Bahaya Penyakit 'Ain 
2. Menjaga Anak dari Bahaya 'Ain
3. Yang Seharusnya Diucapkan Ketika Melihat Sesuatu yang Menakjubkan
 
 

4 komentar:

  1. Kemarin juga baca ini sewaktu di share oleh Anty di FB
    Kak Rien sendiri baru tahu tentang ini.

    Sebelumnya pernah juga dengar tapi dari tetangga chinese non muslim. Dia pernah bilang, kalo anak jgn dipuja puji, entah itu ketampanan/kecantikannya, badan sehatnya yg gemuk, kepandaiannya dll...nanti bisa sakit. Waktu itu cuma kk abaikan. Ga ada hub nya, pikir kk.

    Eh pas baca artikel di FB itu, juga yg direpost oleh Andiah ini, baru sadar kalo itu ada hub nya. Entah dari mana tetangga non muslim itu tahu, mungkin dia pernah tahu dari orang lain.

    Tulisan ini kk link ya di blog kk ya, An. Berguna banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga seringnya cuma diperingatkan: ga boleh lho muji-muji anak, nanti malah ini-itu. Kupikir itu karena mitos orang Jawa :D
      Ternyata memang ada penyakit 'ain. yang datangnya bukan cuma dari pandangan aja. Denger cerita dari orang aja bisa bikin 'ain

      Dan baru tau juga kalau memang ada orang yang bermata tajam, yang bisa menimbulkan 'ain itu

      Silakan kak Rien
      Sekalian juga menerima komentar atau kritik kalau ada kesalahan dari yang disampaikan :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...