Gambar diambil dari sini |
Percaya dengan kata-kata mutiara “jodoh tak lari kemana” atau ”jodoh tak akan tertukar”?
Kalau tidak percaya, biar saya bercerita tentang sebuah kisah. Kisah nyata. Fresh from the oven. Sebelum mood menulis hilang, lebih baik segera saya ceritakan di sini.
Adalah dua orang wanita yang saling bersahabat. Sebutlah namanya Ana dan Ani. Mereka bersahabat sejak jaman kuliah. 2 tahun mereka tinggal bersama di satu atap kos-kosan.
Setelah
lulus kuliah dan bekerja, mereka kembali berjodoh. Karena kantor mereka
berdekatan, mereka pun memutuskan untuk kembali kos bareng. Sampai tiba
saatnya Ana menikah, lalu setahun kemudian Ani menyusulnya menikah.
Sekarang, Ana mempunyai seorang bayi lucu. Sementara Ani yang baru
menikah beberapa bulan yang lalu sedang menikmati indahnya masa-masa
awal kehamilan.
Sekarang kita beralih ke tokoh ketiga kita.
Seorang pemuda. Satu kampus dengan Ana dan Ani. Tepatnya, pemuda ini
adalah kakak kelas mereka berdua dulu. Satu angkatan di atas Ana dan
Ani. Kita sebut pemuda ini dengan nama Budi. Saat
kuliah, Ana, Ani, dan Budi pernah terlibat dalam satu kepanitiaan. Ana
dan Ani menjadi anak buah Budi saat itu. Dan mereka pun berteman, dari
masa kuliah itu, sampai saat sudah menjadi pegawai. Biasa saja, bukan
pertemanan yang spesial. Hanya saja sampai sekarang, mereka bertiga
masih sering berkomunikasi.
Budi, pernah beberapa kali meminta tolong kepada Ana, maupun Ani: carikan aku seorang wanita yang solehah.
Budi ingin menikah. Sebenarnya tidak hanya ke Ana dan Ani, Budi pun
meminta tolong kepada teman-temannya yang lain. Sebenarnya Ana dan Ani
bersedia saja menolong Budi. Tetapi setiap kali ditanya ulang, ternyata
orang tua Budi memberikan syarat yang belum bisa Budi penuhi. Meskipun
demikian, Budi sering menanyakan ulang, secara terpisah—karena mereka
semua tidak ada yang satu kantor—apa ada yang bisa dikenalkan?
Sebenarnya, dalam hati Ana, dia ingin mengenalkan Budi kepada salah seorang rekan kantornya, kita sebut saja dia Cinta.
Sebenarnya, dalam hati Ani, dia ingin mengenalkan Budi kepada salah seorang temannya.
Waktu
pun terus berjalan. Dan ketiga tokoh kita menjalani kehidupannya
masing-masing. Sesekali bertukar kabar, bertukar sapa. Sampai suatu
ketika, Ana mendengar kabar sang rekan kantor, Cinta, akan menikah.
”Sama siapa??”
”Kamu kenal orangnya kok,” Cinta hanya menjawab diplomatis sambil tersenyum manis.
Ana pun tidak ingin memaksanya. Biarlah nanti dia tau sendiri dari undangan yang disebar Cinta.
Ana tidak terlalu memikirkannya, sampai suatu hari Ani mengabarinya sesuatu.
”Kamu tau Cinta mau nikah?”
”Tau. Tapi nggak tau sama siapanya”
”Hahaha. Coba tebak”
”Sama siapa sih?” Ana penasaran
”Kamu kenal kok”
”Siapaaa?” Ana semakin penasaran
”Sama Mas Budi”
”Haaaaa... Tuuuuhhhhh kaaaannnn??” Ternyata, selama ini Ana memang sudah punya feeling bahwa calon suami Cinta adalah Budi.
Ternyata
yang lain adalah bahwa Ani juga dulu sempat hendak mengenalkan Cinta
dengan Budi. Tapi Cinta menolak karena dia masih meneruskan kuliah. Saat
itu tentu saja Ani tidak memberitahu bahwa laki-laki yang ingin
dikenalkan dengan Cinta adalah Budi.
Ternyata, pikiran untuk
menjodohkan Cinta dengan Budi ada di benak Ana, juga Ani. Tapi belum
sampai mereka merealisasikan niat mereka itu, Cinta dan Budi sudah
dijodohkan oleh orang lain, yang adalah juga teman mereka semua!
Sebutlah dia dengan nama Mbak Comblang. Dan sampai kisah ini ditulis, Cinta dan Budi sedang mengurus pernikahan mereka yang tinggal beberapa minggu lagi.
Subhanallah...
Sudahkah kalian menangkap inti ceritanya teman?
Cinta
dan Budi, ternyata ingin dijodohkan oleh Ana, Ani, dan Mbak Comblang.
Mereka semua memang saling mengenal satu sama lain. Tapi di antara
Cinta, Budi, Ana, Ani, maupun Mbak Comblang, tidak ada yang
sekantor--satupun. Jadi kemungkinan untuk menjodohkan Budi, maupun Cinta, dengan orang
lain sangatlah luas dan terbuka lebar. Tapi kenapa di benak Ana, Ani,
maupun Mbak Comblang, semuanya berpikiran bahwa Budi sepertinya cocok dengan Cinta, dan Cinta cocok dengan Budi?
Beginikah takdir jodoh bekerja?
Dan sampai Ana menulis kisah ini pun, dia masih takjub dengan itu semua.
Yaaa,
Ana itu aku, siapa lagi? Ani tentu saja mantan teman satu kosku yang
sekarang sedang hamil muda. Budi adalah kakak angkatan yang gedungnya
berjarak beberapa ratus meter dari gedung kantorku. Cinta, dia ada di
lantai yang lain dari gedung ini. Dan Mbak Comblang, dia yang kantornya
paling jauh dari kami. Oya, Mbak Comblang ini adalah mantan Mbak Kos
Cinta. Pusing? Aku juga. Tapi sementara kita dipusingkan dengan
rumit—namun sempurnanya--takdir cinta ini, dia terus berjalan menemui
titik awal semuanya: pernikahan
Selamat untuk dia yang kini telah menemukan calon belahan jiwa, mas Budi. Selamat untuk sahabatku tersayang, Cinta. Semoga persiapan menuju hari H lancar. Selamat berbahagia :)
"Semoga
Allah memberikan keberkahan kepada kalian berdua, dan mencurahkan
keberkahan atas kalian berdua, serta menghimpun kalian berdua dalam
kebaikan"
Gambar diambil dari sini |