Kubuka pintu kamar kos-kosan, lalu segera menghambur ke tempat tidur
paling nyaman di dunia. Huufh... Hari yang melelahkan! Kuliah nyaris tanpa
henti dari pagi sampai sore ini. Kuraih bantal kesayanganku dan bersiap untuk
tidur. Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang
besar dan menyembul.
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?
Segera kuingat
Mayang, sahabatku di kamar sebelah yang menjadi penari. Hmm.. mungkin saja ini
konde miliknya.
Tiba-tiba saja
rasa lelahku menguap. Aku duduk sambil memegangi konde itu. Pikiranku
tertuju pada Mayang. Ah, anak yang satu itu memang keren. Di sela-sela kegiatan kuliahnya dia masih sempat
menari tradisional. Hobi sedari kecil katanya, dan sekarang sudah
menghasilkan uang. Ya, Mayang hampir menjadi penari profesional. Hampir setiap akhir pekan dia kebanjiran job. Tapi
aku hanya pernah menonton pertunjukannya sekali, saat dia tampil menjadi
pengisi acara di pentas seni kampus. Tariannya memukau, gerak tubuhnya membius.
Seperti bukan Mayang yang aslinya kalem dan pendiam.
Tiba-tiba aku
penasaran ingin mencoba konde di tanganku.
***
Mayang terburu-buru membuka gerbang rumah kosnya. Dia melupakan sesuatu yang paling penting:
konde! Nyaris saja dia pergi tanpa konde. Nyaris saja. Padahal besok pagi pertunjukan
pertamanya di luar kota. Dia merutuki diri sendiri.
Mayang hendak
membuka pintu kamar saat didengarnya teriakan-teriakan dari ruang makan. Terdengar
lamat-lamat suara tembang Jawa mendayu-dayu.
Segera dia
berlari menuju arah suara itu. Ibu kos dan beberapa anak kos sedang berteriak-teriak
histeris.
“Sitaaa!! Ya ampunnn.. Kenapa??”
“Turun Siiiiitt! Turuunn!!”
PRANG!!!!
Piring-piring berjatuhan dari atas meja makan. Mayang segera menghambur ke sudut, tempat ibu kos dan teman-temannya berkerumun. Sita, teman kamar sebelahnya sedang menari Jawa di atas meja makan sambil nembang. Tangannya gemulai ke kanan dan kiri. Konde milik Mayang terpasang janggal di atas kepalanya.
Piring-piring berjatuhan dari atas meja makan. Mayang segera menghambur ke sudut, tempat ibu kos dan teman-temannya berkerumun. Sita, teman kamar sebelahnya sedang menari Jawa di atas meja makan sambil nembang. Tangannya gemulai ke kanan dan kiri. Konde milik Mayang terpasang janggal di atas kepalanya.
Mayang menggigil.
Dia harus segera melepas konde keramat itu dari Sita. Kalau tidak, dia tak bisa
menari esok pagi.
hoooo, kondenya sakti ya, yang make itu jadi jago nari, ya ya ya..
BalasHapuswow... O_o
BalasHapuswidiihh.. jadi Mayang nih sebenarnya bisa nari ga?
BalasHapusJangan2 ga bisa ya? Dia bisa nari karena pake konde ituuu... :)
ngerriii :D
BalasHapus*bagus An cerpennya..^^
konde sakti alias konde pusaka rupanya :D
BalasHapusSaya suka ide ceritanya, keren! :D
BalasHapusGa kepikiran dengan ide "konde keramat yang sakti". :)
Cuma ada beberapa bagian yang menurut logika saya ganjil, kenapa kondenya Mayang bisa ketinggalan di kamar Sita? Bukankah mereka bukan teman satu kamar?
Apa semudah itu konde keramat yg merupakan benda penting bagi Mayang bisa ketinggalan di kamar orang lain?
Bisa saja mungkin Mayang habis main ke kamar Sita dengan membawa kondenya, lalu lupa membawanya ke kamarnya lagi.
Tapi di cerita di atas, Sita terkejut ketika pertama kali menyenggol konde itu, artinya sebelumnya dia belum pernah melihat konde itu di kamarnya.
Mungkin lebih tepat kalau Sita dan Mayang ini diceritakan ngekosnya satu kamar untuk berdua. Hehe
nah, kritikan saya ama dengan yang di atas, hehe. pas banget, sama. :)
BalasHapuswow, kondee, jangan bikin ulah duong :D. perpindahan poV yg bagus mbak :)
BalasHapus