Cuma mau bercerita tentang acara weekend kemarin yang seru abis, hehehe..
Jadi ceritanya, sabtu itu, kami sekeluarga--saya, ayah, Raihan, Eyang Kakung dan Eyang Uti yang lagi main di Jakarta--berencana untuk mengunjungi calon rumah kami nanti di Cibubur. Eyang pada penasaran, karena dari awal saya dan suami cari rumah itu, mereka belum pernah liat rumahnya.
Setelah pergulatan pagi hari: mandiin Raihan, sarapan, mandi-mandi, berangkatlah kami berlima naik taksi ke Cibubur. Yah, karena belum punya mobil, jadi kemana-mana naik taksi deh. Dari kontrakan jam setengah sebelas, nunggu taksi sekitar lima belas atau dua puluh menit, lalu berangkatlah kami dengan riang gembira *maklum, nyaris tidak pernah ngajak Raihan jalan-jalan :D
Sampai di Cibubur sekitar jam 12an. Dan taksi pun balik lagi setelah mengantar penumpangnya, meninggalkan kami di dalam kompleks perumahan yang jauh dari jalan raya. Eyang Kakung dan Eyang Uti excited sekali melihat-lihat sekeliling. Sambil berangan-angan nanti ini mau dibangun apa, seperti apa, dan lain sebagainya. Maklum, rumahnya mungil sekali, tipe kecil, hanya 47. Dapurnya saja masih di luar rumah. Jadi nanti sebelum ditempati akan direnovasi sedikit. Alhamdulillah, tanahnya lumayan luas, jadi masih bisa dikembangkan suatu hari nanti :D
Awalnya Raihan santai-santai saja. Enjoy menikmati pemadangan sekitar. Tapi lama-lama dia mulai rewel. Akhirnya kami ganti diapersnya. Masih saja rewel. Sepertinya capek. Biasa dibebaskan bermain di kasur, saat itu digendong terus-terusan. Akhirnya, jadilah dia kami tidurkan di lantai keramik rumah belum dihuni yang masih kotor! Tentu saja dengan alas kain perlak, jarik, dan segala macam. Rencana mampir ke rumah kakak ipar pun gagal sudah. Takutnya nanti Raihan kelelahan. Jadi kami putuskan untuk menelpon taksi saja, sekalian mengetes apakah sopir taksinya bisa menemukan alamat rumah tersebut :D
Menit demi menit berlalu, taksi yang dinanti-nanti tidak kunjung tiba. Setelah dikonfirmasi..oalaaahh ternyata nyasar. Ke perumahan yang namanya hampir mirip. Akhirnya setelah ditunggu lagi, sampailah taksi itu di depan rumah kami, sambil diantar satpam kompleks. Kata sopir taksinya, saat dia bertanya ke satpam, satpamnya kekeuh bilang kalau rumah itu belum ada penghuninya, hihihi..
Baiklah, perjalanan pun dilanjutkan lagi. Kali ini dari Cibubur ke Senen. Waktu itu pukul setengah dua, dan kami belum sholat maupun makan siang. Kami putuskan untuk menjamak sholat, dan makan siang di rumah saja nanti.
Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak (bener nggak tuh peribahasanya?) tol macet saudara-saudara. Padahal weekend lhoo, iya weekend! Kok masih macet juga? Dan di tengah kemacetan jalan tol itu, saat sebuah taksi lewat di sebelah kiri kami, sang sopir mengeluarkan kepala dari jendela mobilnya dan menunjuk-nunjuk ban mobilnya sendiri, sambil berkomunikasi dengan sopir taksi kami. Saat itu saya sudah tak enak hati. Benar saja, tak lama kemudian: "Bannya kempes Pak, mau dicek dulu ya.." Dan berhentilah kami di tepi jalan tol. Belum cukup sampai di situ, ternyata bannya harus diganti. "Bisa turun dulu Pak, Bu?" Howalaahh, kasihan Raihan.. Panas-panas. Untung, tepi tol itu rindang penuh pepohonan. Akhirnya Raihan yang tadinya sudah tidur, digendong Eyangnya jalan-jalan di luar. Saya? Tetap di dalam mobil. Dasar nggak setia sama keluarga!
Tragedi ban kempes di jalan tol. Lihat argonya :p |
Ayah! Malu-maluin aja ih, kayak orang ilang! |
Raihan digendong di tepi jalan. Untung rindang banyak pepohonan :D |
Akhirnya, setelah 20 menit, proses ganti ban pun selesai. Semua orang masuk mobil lagi. Perjalanan dilanjutkan kembali. Dan masih macet! Raihan aja sampai pusing liat kemacetan Jakarta. Hingga akhirnya, dia mulai rewel. Baiklah, saatnya Raihan mimik. Diam sejenak. Tak lama kemudian, rewel lagi. Ganti posisi gendongan. Lumayan diam. Rewel lagi. Mimik lagi. Sampai akhirnya, dia bisa tertidur juga setelah sekian waktu.
Sembari berdoa dalam hati supaya Raihan tidak terbangun dulu, saya mencoba menikmati perjalanan. Rasanya lamaa sekali sampai akhirnya kami keluar tol juga di Cempaka Putih. Dan keluar tol di sana ternyata pilihan yang salah. Karena lagi-lagi menemui kemacetan di rel kereta api Senen. Selain itu, saya mulai mual, ingin muntah. Maag sepertinya.
Sembari berdoa dalam hati supaya Raihan tidak terbangun dulu, saya mencoba menikmati perjalanan. Rasanya lamaa sekali sampai akhirnya kami keluar tol juga di Cempaka Putih. Dan keluar tol di sana ternyata pilihan yang salah. Karena lagi-lagi menemui kemacetan di rel kereta api Senen. Selain itu, saya mulai mual, ingin muntah. Maag sepertinya.
Finally, yah finally, kami sampai juga di Kramat Sentiong. Saat akhirnya kami turun dari taksi, semua berucap Alhamdulillah, termasuk sopir taksinya. Sampai di rumah jam 4 sore. Langsung Raihan kami tidurkan di kasur. Kasihann, kasihaann.. :(
Begini ya nggak-enaknya-nggak-punya-kendaraan sementara anak masih kecil mungil. Kalau untuk saya atau suami, sama sekali bukan masalah. Tapi kalau mau bawa Raihan keluar, itu yang jadi dilema. Doakan saja ya Nak. Semoga ayah sama bunda punya rejeki lebih, jadi bisa beliin Raihan Grand Livina *hahaha..nggak tau kenapa ayah ngefans banget sama mobil ini* Jadi nanti kalau Raihan pergi-pergi, kita nggak bingung lagi. Oke Nak? Oke Bundaa... Anak pinterrr...