Kali ini emak-emak yang satu ini mau narsis dulu. Lagi nyobain pake kamera depan handphone dan hasilnya ngeblur, hwkwkwk. Ah, saya emang nggak fotogenik. Kalo difoto pasti gayanya itu yang monyong-monyong, menggembung-gembungkan pipi, pokoknya gaya anak alay lah. Itu semua demi menyembunyikan ketidakfotogenikan saya. Iisshh...
By the way, mirip sama yang ada di foto yang di bawah ini nggak sih? Hahahaha
*postingan galau
Kamis, 28 Maret 2013
Senin, 25 Maret 2013
Home decor inspiration edition #part one
Berawal dari hobi baru gugling tentang dekorasi rumah, desain interior, do it yourself edisi home project, saya jadi semangat pengen menata rumah yang berantakan abis. Liat-liat foto di internet bikin mupeenng euy. Salah satu yang bikin pengen itu ide tentang taman vertikal. Dari dulu suami pengen punya taman vertikal. Saya juga. Kurang lebih yang desainnya seperti ini
Gambar dari sini
Tapi berhubung desainnya susah, susah bikinnya, saya coba lihat alternatif lain. Daripada ngomongin konsep mulu tapi nggak ada eksekusi. Eh pas nyari-nyari gitu nemu konsep taman semi vertikal yang penampilannya kayak gini
gambar ini diposting oleh saya sebelumnya di sini
Kelihatan simpel dan lebih gampang dibuat. Tinggal beli tanaman dalam pot, lalau disusun di tembok. Siip!
Akhir pekan kemarin saya sama suami pagi-pagi cari tanaman yang banyak dijual di sepanjang jalanan Cibubur. Kami mampir ke salah satu tempat yang deket dari rumah. Kebetulan dari dulu suka beli taneman di sini. Beli beberapa tanaman hias gantung yang ada gantungan talinya itu (sebenarnya buat digantung di atas, bukan ditemplokin di tembok). Lalu pulang.
Awalnya pot-pot itu ditaruh di taman belakang (pojokan kecil dekat ruang TV yang terbuka). Nggak diapa-apain. Cuma ada yang digantung, ada yang baru ditaruh aja. Alesannya belum sempet bikin yang kayak gambar di atas.
Besokannya, waktu mau nata pot-pot itu lagi, tiba-tiba aja suami punya ide buat naroh taneman-taneman itu di lubang kotakan yang ada di tembok samping. Ternyata muat! Tapii, potnya kurang banyak. Kami cuma beli 10, sementara lubangnya ada 14. Dan ada juga pot yang tetap digantungin di taman belakang. Akhirnya Minggu pagi itu kami ke tempat penjual tanaman hias lagi, lalu beli kekurangannya.
Selama ini, tembok samping rumah juga belum dicat. Kemarin pas banget ada adek sepupu suami nginep, dan dia bersedia buat bantu-bantu ngecat. Setelah beli cat di Mitra10, lalu sekalian belanja bulanan di Giant, siang harinya kami ngecat tembok samping. Warnanya merah. Disamain sama warna tembok rumah yang merah-abu.
Hasilnya jadi kayak gini setelah dicat dan dihias tanaman dalam pot
melenceng jauh dari rencana semula -_-
Biarpun nggak jadi mengeksekusi rencana sebelumnya, tapi sejauh ini si puas sama hasilnya. Sebenernya tuh temboknya blonteng-blonteng dan warnanya nggak solid karena mas suami males ngaci dulu. Jadi dari tembok semen yang warna abu itu langsung aja dicat merah XD
Btw, jangan dibayangkan tampilan depan rumah langsung cantik ya, soalnya bagian bawah tembok itu masih belum diapa-apain, masih berupa sepetak tanah kosong *halah! yang masih bingung mau diapain. Pe er selanjutnya deh. Semoga masih terus istiqomah dan tetap semangat mempercantik rumah. Biar makin cintaaa :-*
Kamis, 21 Maret 2013
Suka blogwalking tapi....
Saya suka blogwalking tapi..jarang ngomenin postingan orang. Setiap postingan baru yang munculdi daftar bacaan, 80% biasanya saya kunjungi. Bukannya tidak tertarik dengan postingan, tapi nggak tau kenapa nggak pengen ngomenin aja. Rasanya kok kenikmatan membaca itu nggak asik kalo 'diganggu' dengan ngomen. Padahal komen-komenan adalah salah satu cara buat menyambung tali silaturahim ya. Ibaratnya, kita bertamu di rumah orang, disuguhi makanan minuman, eh kok nyelonong aja tanpa permisi. Dan itu bener-bener tergantung mood. Kalo pas lagi rajin komen, setiap BW saya bakal komen. Kalo enggak, ya kayak tadi, numpang baca doang lalu pergi.
Maapkeun saya yah teman-teman kalo jarang muncul di kolom komentar kalian *plaks! Siapa lo? Hwehehehehee...
Yuk ah blogwalking lagi :)
Selasa, 19 Maret 2013
Home Inspiration
Aaak.. Cant stop thinking to apply them all to my own house. Tapi, tapi.. rumah masih berantakan. Padahal udah ditempatin setengah tahun. Apahh?? Ternyata udah lama juga saya pindah ke Cibubur ya :)
Ini beberapa inspirasi unik yang saya comot dari www.accdiy.com.
Keren-keren kan? :D
Ini beberapa inspirasi unik yang saya comot dari www.accdiy.com.
Tangga jadi rak buku? Keren! |
Ini ceritanya ruang belajar anak gitu. Sukaa |
Kayaknya sih bikinnya simpel |
Jam dinding yang juga berfungsi sebagai galery foto |
Taman vertikalnya bikin segeerrr |
Sedang berpikir untuk menerapkan yang satu ini :D |
Keren-keren kan? :D
Kamis, 07 Maret 2013
Mereka Melihat 'NGAPAK' Sebagai Peluang
"Perkenalkan, nyong Andiah. Asal sekang Purbalingga, Jawa Tengah. Ngapakers asli!"
Awalnya saya tidak hendak ikut giveaway yang diadakan oleh Niar Ningrum tentang kecintaan terhadap bahasa daerah, karena saya juga tidak punya pandangan mengenai bahasan apa yang akan saya tulis. Tapi setelah membaca postingannya Lilis di sini, jiwa ngapakers saya bangkit dan tiba-tiba bersemangat ingin menulis tentang sesuatu yang selama ini jadi identitas saya #cieehh
Menurut Wikipedia,
Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan.
*untuk membaca sisanya silakan klik di siniSeorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.
Oh, saya tidak akan berpanjang lebar soal bahasa ngapak dan bagaimana pengucapannya. Tapi saya hendak melihat dari sisi lain bahwa bahasa, selain dapat digunakan sebagai penunjuk identitas diri, juga bisa digunakan sebagai 'pemerkaya diri'. Kita lihat contoh beberapa orang yang sukses 'memperkaya diri' dengan kebanggaannya berbahasa daerah. Sebut saja Parto, Cici Tegal, Indro Warkop, dan Pak Tarno. Mereka justru jadi tenar karena kengapakannya. Kalau boleh saya bilang, sulap Pak Tarno itu biasa saja, tidak spesial, yang menjadikannya spesial adalah 'mantranya' yang unik dan gampang diingat "Yaa, tolong dibantu yaa.. Simsalabim jadi apa prok prok prok" dengan logat khasnya yang bikin orang susah lupa :D
Dan selalu saja ada orang kreatif yang bisa menangkap peluang dari ciri khas itu. Nggak jauh-jauh deh, contohnya teman SMA saya sendiri. Dia sampai sekarang masih stay saja di Purbalingga, sementara banyak temannya yang sudah merantau entah kemana. Selain jadi guru-yang saya dengar-dia juga membuka usaha kreatif: membuat kaos khas ngapak. Macam ini nih:
"Kaos kaos guwe sendiri, kok lo yang sewot?"
"Pengen ke Purbalingga. Beneran!"
Gambar saya ambil dari websitenya Waroeng Kompak. Semoga berkenan ya Fit, kupinjem gambarmu buat postingan ini :D
Ada lagi yang menjadikan ide ngapak sebagai salah satu program siaran di radio. Sebagai dagelan. Tau curanmor? Komedi radio yang terkenal itu? Setelah gugling, saya baru tau kalau asalnya curanmor, yang softcopynya kadang suka diputerin sama mas-mas di kantor -___- , adalah dari Yes Radio Cilacap.
Nah, kurang bangga apalagi coba, berbahasa ngapak?
Sebagai penutup, saya sertakan beberapa foto dari Owabong, Objek Wisata Air Bojongsari (semacam waterboom yang ada di Purbalingga) yang memajang berbagai macam penunjuk wahana dalam bahasa ngapak. Sebagai keterangan, foto-foto di bawah ini diambil tahun 2010, saat mantan calon suami saya main ke Owabong. Menurut dia-yang bukan ngapakers-tulisan-tulisan di sana tuh unik banget, dan difotolah sama dia. Saya comot foto-foto ini dari fb-nya :))
mlebu = masuk
bisa jumbul-jumbul lan mentul-mentul,
tau deh ya artinya
Susah mem-Bahasa Indonesia-kannya -_-
mung limang menitan from Owabong =
cuma lima menitan dari Owabong
Searah jarum jam: bioskop 4 dimensi, tangkap ikan, paint ball, ember tumpah |
metu = keluar
pintu keluar
Terima kasih atas kedatangan kalian semua
Datang kesini lagi yaaa...
Ya wis, kayane semono baen nyong cerita tentang bahasa ngapak. Matur suwun uwis maca tulisan kiye.. Aja kelalen, sering-sering dolan maring ngeneh yaaa :)
"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"
Rabu, 06 Maret 2013
Sud(s)ah Move On
Selama ini selalu denger orang bilang: move on, move on, tanpa benar-benar memahami esensinya apa. Ternyata eh ternyata, begini toh rasanya harus move on, tapi susah. Untung nggak punya mantan pacar, jadi nggak harus move on #apa sih
Jadi ya, ternyata selama ini saya belum bener-bener bisa move on dari multiply. Hwahahahaha.. gimana ya? Masih suka kangen sama pertemanan di sana. Biarpun sekarang udah banyak ketemu temen-temen lama, tapi rasanya tetep beda aja gitu. Nggak kayak dulu, nggak seseru dulu. Dan emang sih, multiply nggak jadi ditutup, masih bisa maen2 di sana sampai sekarang. Tapi udah telanjur kecewa, para tetangga juga udah telanjur boyongan keluar kampung. Kesannya jadi kayak komplek yang rumahnya pada kena banjir, sebagian ditinggal yang punya, sebagian masih ditempatin, sebagiannya lagi masih suka ditengokin pemiliknya sesekali *dramatisasi
Kayaknya guwe harus lebih banyak blogwalking dan mencari teman-teman baru nih biar bisa sepenuhnya MOVE ON! ^.^/
Gambar dari sini
lagilebay.com
Selasa, 05 Maret 2013
Nikmat yang satu itu
Dulu masa sesudah lulus kuliah, saat sedang menunggu pengumuman
penempatan instansi, seorang laki-laki bilang ke saya kalau dia akan
mengikuti kemana pun saya ditempatkan-bekerja-oleh negara nanti.
Sekarang saya tahu kalau itu mungkin hanyalah gombalan belaka, mengingat saat itu dia sedang pedekate dengan saya.
Setelah pengumuman keluar, saya bersyukur luar biasa-meskipun disertai sedikit kekecewaan-saya ditempatkan di salah satu instansi Kementerian Keuangan yang kantornya-satu-satunya-hanya ada di Jakarta. Kenapa saya bersyukur? Karena saya nggak harus keluar pulau, keluar Jawa untuk bekerja. Kenapa saya kecewa? Soalnya saya tidak minat dan tidak ingin tinggal di Jakarta.
Jadi eselon satu tempat saya ditempatkan ini tidak punya instansi vertikal (kantor di daerah) dan itu berarti selama instansi ini masih ada, tidak dibubarkan, saya akan terus berada di Jakarta. Bingung ya? Jadi begini. Pengumuman penempatan lulusan STAN kala itu terdiri dari beberapa tahap:
1. Pengumuman apakah lulusan STAN akan masuk ke Kementerian Keuangan atau instansi lain (saat itu ada 3 pilihan: Kementerian Keuangan, BPK, BPKP)
2. Setelah pengumuman pertama itu keluar, kita tinggal menunggu pengumuman oleh masing-masing dari tiga tadi, dimana penempatan selanjutnya.
3. Karena dinyatakan masuk Kemenkeu, saya masih harus menunggu pengumuman lanjutan lagi: di eselon satu mana saya akan ditempatkan (Eselon satu Kementerian Keuangan ada banyak, beberapa contohnya: Inspektorat Jenderal Kemenkeu, Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pajak, Bea Cukai, Badan Kebijakan Fiskal, dst)
4. Pengumuman keluar. Saya dinyatakan masuk sebagai pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Ditjen yang satu ini tidak punya instansi vertikal di daerah, adanya cuma di Jakarta thok. Eselon satu yang punya instansi di daerah contohnya adalah Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai (kasih contoh yang terkenal). Jadi penantian pengumuman penempatan saya stop sampai di situ saja. Sedangkan teman-teman yang masuk Pajak, Bea Cukai, (dan beberapa yang lain), masih harus dag-dig-dug lagi menunggu pengumuman daerah penempatan mereka (yang tersebar di seantero Indonesia). Dan, mereka yang nantinya ditempatkan di daerah juga masih harus menghadapi bayang-bayang mutasi setiap beberapa tahun sekali (jadi bakal pindah-pindah gitu setiap sekian tahun)
Back to the story
Setelah pengumuman keluar, saya bersyukur luar biasa-meskipun disertai sedikit kekecewaan-saya ditempatkan di salah satu instansi Kementerian Keuangan yang kantornya-satu-satunya-hanya ada di Jakarta. Kenapa saya bersyukur? Karena saya nggak harus keluar pulau, keluar Jawa untuk bekerja. Kenapa saya kecewa? Soalnya saya tidak minat dan tidak ingin tinggal di Jakarta.
Jadi eselon satu tempat saya ditempatkan ini tidak punya instansi vertikal (kantor di daerah) dan itu berarti selama instansi ini masih ada, tidak dibubarkan, saya akan terus berada di Jakarta. Bingung ya? Jadi begini. Pengumuman penempatan lulusan STAN kala itu terdiri dari beberapa tahap:
1. Pengumuman apakah lulusan STAN akan masuk ke Kementerian Keuangan atau instansi lain (saat itu ada 3 pilihan: Kementerian Keuangan, BPK, BPKP)
2. Setelah pengumuman pertama itu keluar, kita tinggal menunggu pengumuman oleh masing-masing dari tiga tadi, dimana penempatan selanjutnya.
3. Karena dinyatakan masuk Kemenkeu, saya masih harus menunggu pengumuman lanjutan lagi: di eselon satu mana saya akan ditempatkan (Eselon satu Kementerian Keuangan ada banyak, beberapa contohnya: Inspektorat Jenderal Kemenkeu, Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pajak, Bea Cukai, Badan Kebijakan Fiskal, dst)
4. Pengumuman keluar. Saya dinyatakan masuk sebagai pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Ditjen yang satu ini tidak punya instansi vertikal di daerah, adanya cuma di Jakarta thok. Eselon satu yang punya instansi di daerah contohnya adalah Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai (kasih contoh yang terkenal). Jadi penantian pengumuman penempatan saya stop sampai di situ saja. Sedangkan teman-teman yang masuk Pajak, Bea Cukai, (dan beberapa yang lain), masih harus dag-dig-dug lagi menunggu pengumuman daerah penempatan mereka (yang tersebar di seantero Indonesia). Dan, mereka yang nantinya ditempatkan di daerah juga masih harus menghadapi bayang-bayang mutasi setiap beberapa tahun sekali (jadi bakal pindah-pindah gitu setiap sekian tahun)
Back to the story
Jumat, 01 Maret 2013
Ajari Aku
Ajari aku ’tuk bisa
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu
Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu
Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku
Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku
Mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ’tuk bisa...
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ’tuk bisa...
mencintaimu...
Ajari Aku
By: Adrian Martadinata
*love this song :)
Langganan:
Postingan (Atom)