Jumat, 03 September 2010

The Story of Invitation



Undangan Andiah-Uut

Akhirnyaa... kemarin yang dinanti-nanti datang juga. Berawal dengan sapaan Pak Pos yang melongokkan kepala ke dalam ruangan kantor, diikuti dengan pandangan penasaran seorang gadis manis *itu saya, itu saya!!* melihat paket yang dibawa pak Pos.

Laluu... "Ibu Andiah di sini?"

dan paket pun segera berpindah tangan. 
Dan setiap kali ada orang melihat bungkusan kardus itu, kata-kata yang keluar adalah: " Waah, apa tuh??!" Ada yang bilang seperangkat alat sholat-lah, ada yang bilang mas kawin-lah, ada yang bilang baju pengantin-lah, dan ada juga yang menebak dengan benar: undangan. Tapi saya mematahkan semua tebakan asal-asalan itu dengan tertawa manis dan sebuah pernyataan: "Yee.. orang isinya makanan kok!" Ups, boong deh! Tapi boong becanda jadi ga pa pa kan? Lagian saya juga lagi ga puasa *dwooohh..

Oya, kisah selanjutnya adalah mengenai perjuangan saya membawa paket yang sudah dinanti-nantikan itu pulang ke kosan. Di tengah hujan deras, di antara deru bajaj yang saya naiki, seorang pengendara motor dengan santainya ngebut di sebelah kiri bajaj. Dan yang terjadi adalah.... BYUUUURRR!!! Bayangkan! Padahal saya naik bajaj! Naik bajaj, saudara-saudara! Tapi kenapa saya masih kuyup kena cipratan air dari pengguna jalan raya yang tidak berperasaan ngebut saat hari hujan??? Kenapa, oh kenapa??!! Nilai moralnya adalah: jangan naik bajaj saat hujan deras *piss buat para tukang bajaj

Dan karena sudah telanjur basah, jadilah saya hujan-hujanan sekalian. Setelah naik bajaj, saya ngojek. Maklum, jalan masuk gang sempit, jauh, dan tangan saya tidak muat membawa barang-barang itu:  tas tangan, kardus, dan sepaket cokelat buat lebaran. Sampai di depan pintu kos, disambut oleh mbak asisten rumah tangga Ibu kos yang histeris melihat saya kuyup dari atas sampai bawah. "Kenapa nggak minta dijemput  di depan gang aja Mbak??" Hihi...

Masih dalam kondisi basah-basahan, saya dengan tidak sabar membuka bungkusan yang sudah sukses bikin saya penasaran setengah harian itu. Dan taraaa.... segepok undangan berwarna keemasan pun ada di pelukan saya *cieeh

Overall, lumayan puas dengan undangannya. Sederhana. Sangat biasa. Sebenernya si saya pengennya undangan yang hardcover, tapi Mas itu dan Ibu bilang nggak usah. Nggak boleh malah katanya. Mahal-mahal buat apa? Ya sudah, saya manut saja. Sempat membanding-bandingkan dengan undangan-undangan yang masih bertebaran di kosan. Bagus-bagus. Melihat ke undangan sendiri. Ini juga bagus kok, dan hemat *mencoba berpikir efisien. Uangnya bisa dipakai untuk yang lain-lain. Buat apa bikin undangan mahal-mahal?

Selanjutnya, mencetak list nama dan menyebarnya wiken ini. Momennya sedikit kurang pas. Saya yakin sudah banyak yang mudik. Tapi nggak papa, harus tetep semangat!

H-15



7 komentar:

  1. ciieee...
    bu uut...
    ntar blog nya dilanjutin ya..
    pasti bantak cerita seru pranikah..:D

    BalasHapus
  2. Iyaaa....
    Btw, beluum, belum jadi Bu uut
    long way to go

    doakan semua lancar ya :)

    BalasHapus
  3. horeee! aku dikasih dong, hihi...

    smoga blognya langgeng ya, selanggeng pernikahan kalian nanti :D

    -haynaj-

    BalasHapus
  4. aamiin...

    hehehe... doanya kok aneh Phil..semoga blognya langgeng..
    mau kukasih, tapi gimana caranya? :D

    BalasHapus
  5. haha.. yg komen juga aneh kok

    ga ding, becanda koook ;p

    BalasHapus
  6. Menarik postingannya, keep it up ya.....(n_n)v

    BalasHapus
  7. @Filly: Filly, kutunggu kedatanganmu ^^

    @Mas Ardhit: wiih... ada mas Ardhit di sini ..hehe :p

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...